Sehimpunan Puisi Sri Rejeki
PUISI 1
Seorang laki-laki datang padaku
Mengeluh dengan menyedihkan
Katanya, “Tanggal 5 aku tak gajian”
Selepas itu ia pergi
Keesokan harinya datang lagi padaku
Katanya, “Aku sudah gajian, mau kutraktir senja?”
Aku diam saja
Beberapa hari Ia tak datang
Lalu hari ini dengan lebih menyedihkan duduk di sebelahku
“Aku hanya bisa membawakanmu sebotol hujan”, katanya
“Aku tak meminta apa pun”, kataku
Dia pergi dan tak kembali-kembali
Padahal aku masih punya tiga potong kata yang belum kuselesaikan
“…cukup kau bertahan”
9/01/2020
PUISI 2
Beberapa senja dilewati dengan basa-basi
Memotret dan berargumentasi siapa yang paling mencintai senja
Berdebat siapa yang paling setia sampai purna
Sesungguhnya di mana letaknya senja?
Di bentangan langit?
Di ufuk barat?
Atau pelataran beranda rumahmu?
Aku bingung
Tetapi di halaman alismu yang luas dan hitam pekat itu
Aku pernah menyaksikan senja menyelip
Sebentar saja sebelum kau pamit berkelana
Kau sempat minta doa
Aku bilang “hati-hati ya”
Senja memang memulangkan apa yang ia hilangkan
Tapi pada acara pamitmu
Senja hanya hiburan semata
Di senja berikutnya, aku memperingati sebagai kehilangan
Apakah di sana letak senja?
12-Januari-2020
PUISI 3
Di suatu pagi, di malam Sabtu
Aku menemukanmu memetik siang
yang berjatuhan. Menyuguhkan di meja perjamuan
Waktu-waktu adalah kekeringan di liang kerongkongan
Maka di perjamuan itu, kau menenggak hujan
lalu menutup pagi dengan kelelahan
Padahal di malam Sabtu
Kau berjanji
membereskan pagi, siang, dan malam
yang saling tertukar
Tetapi kau masih ketiduran
di genangan mimpi-mimpi yang disemogakan
“Memang mimpimu apa?”
Katamu, “aku jalan-jalan di tangismu”
“Kenapa?”
“Aku ingin jatuh di gelas dan bukumu” katanya
Maka aku biarkan kau tidur
Menikmati menjadi aku
13-01-2020
PUISI 4
Di hari Rabu…
Rindu dipertemukan dalam catatan harianku
Duduk di barisan kata-kata
Mengisi kekosongan yang di ciptakan alam raya
Aku ingin turut merayakan pesta kenangan
Beberapa pertemuan mengesankan:
ternyata mengemasi rindu terang-terangan
Misalnya aku, kepayahan
Dengar-dengar juga,
Rabu membuat janji pertemuan
Di beberapa sajak dan malam yang tak bisa tidur
saat lampu sudah dipadamkan
Aku menikmati dengan segala bentuk keriangan
Menjanjikan kau dalam judul-judul buku: Rindu
Yang bisa saja dikelupas oleh waktu tapi tak mampu disempitkan jarak
Sesungguhnya rindu tidak ada
hanya harapan kau baik-baik saja
Sesungguhnya rindu adalah fana
Kau yang diabadikan semesta
Maka,
Selamat malam
Dari aku yang susah ketiduran
Semoga kau tak sunyi mengenaskan
Sebab aku telah memesan pada Tuhan
Puisi yang mampu menina-bobo’kan
14/01/2020
PUISI 5
Hari sudah gelap
yang katanya senja sudah melebur
dibawa angin dan giringan burung-burung
Sedang aku masih di kereta
menembus kesatuan udara
Dingin dan pekat sebenarnya
tak apa…
di kota itu menjanjikan kumpulan dari ragam kepingan
Walaupun ada luka dan kenangan
ada juga engkau yang menanti di depan pintu stasiun
Membekap senyum dari balik punggungmu
Aku boleh meminta sesuatu
….
Boleh memelukmu?
Selepas “hati-hati ya” katamu
aku selalu punya alasan untuk pulang
Pada pundakmu yang seluas cakrawala
cekungan matamu yang dalam
dan aroma kopi dari tubuhmu
Pulangku ini membawa puisi
segala mengenaimu
Jangan ragu pada cerita dan tulisanku
jika ada tentang rindu
jika ada tentang keraguan
jika ada ketakutan
jika ada doa-doa paling pasrah
Itu semua milikmu
Aku paling jujur pada Tuhan
pada malam
dan pada kereta ini: yang melaju
biar sampai Yogyakarta
Biar sampai pada kau
yang membuatku tak baik-baik saja
Prameks/10/11/2019
18:53
Menuju Jogja
Jika kau berhasil membaca puisiku, apakah kau ingin mengenalku? Tidak ingin, tidak apa-apa. Aku seorang perempuan yang suka kopi, suka saja. Seorang perempuan yang suka senja dan hujan, suka saja. Seorang perempuan yang tengah mencari nama pena dan judul puisi. Sri Rejeki. Dilahirkan 5 April 1999. Itu aku
Instagram: sriiree_
Twitter: @sriiree_