Sekumpulan Puisi Saiful Bahri
M E D I T A S I
silau mata bersemadi.
isap bibir diam mengukir
menarik tangan-tangan api.
kuraba pipinya. kutusuk tubuhnya
kucakar dagingnya. kuhisap darahnya.
biarkan sepi kumakan sendiri.
di situlah, Tuhan menamparku.
Sabtu, 14 Juli 2018
S E K A R A T
aku ini bukanlah titik berakhir koma
bila titik menantiku di sudut waktu
katakan pada dia: namaku sedang tidur.
bila koma memintaku beralas rasa
sampaikan: jasadku telah tiada.
debur kata enggan mampu bersuara
setelah aku mati terbawa kayu keranda.
“bukankah ia tahu? kalau aku ini
dalam kurung sekarat merindukanmu” 3x.
Minggu, 15 Juli 2018
SAJAK ADA DAN TIADA
ia mati di tubuh api
wajahnya sayu beku
kakinya berlumur luka.
mati. ketabahan bagi daun
yang bangga akan darahnya
darah yang terkubur di batas rasa.
luka kian menganga,
rindunya memanjang
meradang ubun karang.
makanan di piring janji
menyampaikan laut rindu.
barulah aku hidup. bergerak.
diam-diam memeluk ada
raban meniti sanubari
membawa senjata rindu
berdayung nafsu perahu.
Minggu, 15 Juli 2018
R I M A
kau tak kan bisa hidup tanpa rasa
sebab rasa adalah satu kesatuan
yang tak boleh kau pisahkan.
boleh saja kau berpisah dengan cinta
tapi tunggulah nasib fana dan derita.
Bungduwak, 2018
J E D A
merah bibir menembus kaca
kilau pelita habis cahaya
jeda. kau penghalangnya.
Bungduwak, 2018
TARIAN BATU
manakala aku lahir dari batu
air-air kian berubah jadi waktu
:gigil mengukir ranum matamu.
apakah persimpangan bisa kutahan?
umpama mobil diam-diam melarikan diri
meraba dan memeluk pacar di tengah jalan
manakala aku lahir dari rasa
bersantap aroma asap manis
kau. mengiris doa dan derita.
batu menangis di piring keramik.
Haku. tetap memilih putik bunga.
di sana aku duduk diam menepi
di sana tubuhku sunyi berkali-kali
singgah sayu tegak membeku
mengulum rindu setegak cumbu.
Bungduwak, 2018
Saiful Bahri, kelahiran Sumenep-Madura, O5 Februari 1995 adalah tanggal lahirnya. Selain menulis, ia juga seorang aktivis di kajian sastra dan “Teater Kosong Bungduwak”, Perkumpulan dispensasi Gat’s (Gapura Timur Solidarity), Fok@da (Forum komunikasi alumni Al-Huda), dan perkumpulan (Pemuda Purnama). Disela-sela kesibukannya ia belajar menulis Puisi, Cerpen, Cernak, Esai, Resensi dan Opini. Tulisannya pernah dimuat di koran lokal maupun nasional: Jawa Pos (pro-kontra), Republika (Puisi 2018). Riau Pos (2017), Bangka Pos (2017), Palembang Ekspres (2017), Radar Madura (2017), Radar Surabaya (2017), Radar Jember (2017), Radar Banyuwangi (2017), Radar Bojonegoro (2017), Kedaulatan Rakyat (2017), Solo Pos (2017 dan 2018), Malang Voice (2017). Majalah Simalaba (2017), Analisa Medan (2018), Radar Cirebon (2018), Kabar Madura (2018) dan Jurnal Asia-Medan (2018), Banjarmasin Pos (2018), Budaya Fajar Makassar (2018). Puisinya juga masuk di dalam antologi puisi CTA Creation (2017). Antologi Senyuman Lembah Ijen-Banyuwangi (2018). Antologi kumpulan karya anak bangsa: Sepasang Camar-Majalah Simalaba (2018). Antologi Puisi: Perempuan, Antologi Hari Raya, yang diterbitkan FAM Indonesia, dan peenah meraih juara 1 lomba cipta puisi di media FAM Indonesia (2018). Buku puisinya: Senandung Asmara dalam Jiwa, diterbitkan secara gratis di penerbit Tidar Media (2018).