Serumpun Puisi Hendri Krisdiyanto
DOAKU SEBELUM MATI
Seriang anak-anak TK bermain ayunan
Seluas semesta membentang
Dan sejauh usia waktu yang entah sampai kapan
Aku mencintaimu.
Mari kita kekalkan segala waktu untuk bercinta
Agar hawa yang Tuhan ciptakan sempurna menjadi doa
Dari keresahan orang tua.
Maka, ketahuilah
Sebelum aroma kemenyan melipat seluruh rinduku
Dan keranda mengasingkan tubuhku dari tubuhmu
Dan aku benar-benar tak bisa melihatmu lagi
Izinkan, izinkan aku meminangmu sebelum aku mati.
September, 2018
DUKA CITA
Tak ada tangis pecah
Karena air mata seolah-olah
Bukan bagian dari kepedihan itu sendiri
Lelaki itu hanya duduk termenung
Semesta bagai ruang kosong
Yang hanya membuatnya seorang
Dirundung kedukaan mendalam
Tak ada darah mengalir
Karena darah hanya bentuk lain
Dari duka itu sendiri
Seorang gadis mendekat ke arah
Tempat lelaki itu duduk
Gadis itu berdiri di depannya
Mereka saling memandang
Lelaki itu mencoba memeluknya
Tiba-tiba gadis itu tersenyum dan melambai
Kemudian pergi tak kembali.
September, 2018
MENUJU PASAR
Aku bergegas meninggalkan rumah
Dengan setiap ingatan tentang barang-barang
Yang mesti kubeli dan bawa pulang
Aku berjalan seorang diri
Membelah jalan dan padatnya kendaraan
Tentu tak ada yang mampu
Menerka nasib dan waktu
Di jalan
Langit mendung
Aku mempercepat langkah
Dengan harap semoga hujan tak turun
Sebelum aku tiba.
September, 2018
TIBA DI PASAR
Masih tentang mendung yang berkabung
Di langit Jogjaku, Vira
Kini aku menepi di samping toko
Dengan barang di tangan, bajuku setengah kuyup
Hujan turun sangat lebat
Orang-orang tak ada yang keluar
Bunyi petir sanggup membuat satu sama lainnya
Bergeming, gemetar menahan dingin.
September, 2018
PULANG DARI PASAR
Hujan telah reda
aku pulang menyusuri
tepi-tepi jalan yang lembap
orang-orang melepas dingin
Langit berawan
Pakaianku kering perlahan
Di depan pintu
Ibu menunggu dengan senyum menawan
September, 2018
HUJAN DERAS SEPANJANG JALAN SOLO
Hujan deras sepanjang
Jalan Solo, kau rebahkan kepalamu
Di bahuku.
Bis berjalan dengan kecepatan sedang
Lihatlah jendela bis itu
Katamu pelan ke telingaku
Kita tidak ada lagi di dalam cermin
Hujan telah mengambilnya
Kembali kau berbisik dengan suara kecewa
Lalu, aku memelukmu dan berkata
Bukankah kau suka derai hujan yang jatuh di kaca?
Kau mengangguk, tersenyum
Kurasakan kita semakin erat, semakin lekat.
September, 2018
KULIHAT BINTANG JATUH KEPADAMU
Kulihat bintang jatuh kepadamu
Apakah ini yang terang berbinar di langit itu?
Tanyamu seolah-olah tak percaya bahwa ini nyata
Malam gelap; barangkali langit mendung
Kau mematung di muka cermin
Dengan cahaya bintang berhamburan pada tiap sisi kamar
Aku menyaksikan dari jarak kita yang fana
Dari alam khayal kuintip kau dari pintu jendela
Yang sedikit terbuka kau gembira; tertawa
Cahaya dari kamarmu menembus ke udara
Kemudian aku bergerak menjauh
Membiarkanmu senang tanpa harus aku ganggu
Selamat ulang tahun, Kawanku.
September, 2018
PADA PUKUL 00:00 WIB
Aku duduk di dalam kamar
Udara malam jatuh di tubuhku lewat jendela
Apakah langit cerah malam ini?
Botol minuman masih berada di atas meja yang tadi kubeli
Nampaknya malam begitu dingin
Botol itu kulihat gemetar
Sementara meja tak kuasa menahan gigil.
September, 2018
Hendri Krisdiyanto lahir di Sumenep, Madura. Alumni Annuqayah daerah Lubangsa. Puisinya pernah dimuat di: Minggupagi, Buletin Jejak, Tuban Jogja, Buletin kompak, Jejak Publisher, Majalah Simalaba, Antologi bersamanya :Suatu Hari, Mereka Membunuh Musim (Persi :2016), Kelulus (Persi :2017) Dan The First Drop Of Rain, Banjarbaru, 2017. Sekarang aktif di Garawiksa Institute, Yogyakarta. Nama Fb: Hendri Krisdiyanto