Puisi-Puisi Anami

Puisi-Puisi Anami

GAMAMNYA RASA
Hujan
Bolehkan aku bertanya
tentang rindu yang pernah kuceritakan
Sudahkah sampai pada rinai yang ternanti?
Atau masih bertahan pada jalan-jalan yang kutinggali?
Kurasa
Bentangan waktu semakin menjauh
Entah mengapa semakin kuhitung semakin bertumpuk
Menoleh aku pada jarak penuh asa
Melambung tinggi, rupanya sama
Takut
Entah bagaimana kuhapus jejak-jejak
Sekalipun hujan ‘tak mampu
Bagaimana bisa aku tetap terpaku
Sedang tabir menyeretku mengalir

Sulteng, September 2018


HARKAT CINTA
Harusnya bersyukur akan luka yang berdarah
Setidaknya tahu di mana tempat yang harus terobati
Biar kuingatkan
Kau mungkin lupa dengan rasa yang tidak bertuan
Atau mungkin rasa yang coba kau enyahkan
Ingatkah?
Kau pernah bertanya di sela-sela sunyinya malam
Hanya ada kita tanpa bintang
Seberapa hebat kekuatan cinta?
Aku harus jawab apa, hatiku atau hatimu?
Jika mungkin kau berpikir bahwa jujurku adalah ego
Maka izinkan aku kali ini saja
Untuk lebih peduli akan hati sendiri
Tanpa rasa takut pun bimbang
Dengarkan ini!
Di saat kau rela terluka untuk orang lain
Ia rela lumpuh untukmu
Hati, jiwa, raga
Ia tidak peduli lagi

Sulteng, September 2018


GEMA RINDU
Kau tahu
Banyak pesan rindu yang kusematkan
Pada semesta yang senantiasa bertanya
Kadang berbisik kadang pula kuberteriak
Pada hujan yang ingin membantu
Pada hembusan angin yang ingin tahu
Pada pagi yang ingin menguatkan
Dan pada senja yang tidak pernah lelah memupuk asa

Sulteng, September 2018


ASA TERSIRAT
Kepadamu yang entah di mana
Kelak ketika Illahi Rabbi mengizinkan aku denganmu
Akan kuceritakan banyak hal
Tentang bagaimana aku melewati hari tanpa lepas jeritan rindu
Tentang apa saja yang kubagi dengan Allah mengenai dirimu
Tentang berapa banyak syair-syair penantian yang kuukir untukmu
Namun jika belum aku diizinkan
Maka akan kusimpan rapi kisah ini
Pada tiang-tiang kokoh yang tidak mudah hancur
Melindungi cerita tentang bagaimana rasa ini tertanam sangat dalam

Sulteng, September 2018


JIKA KELAK
Aku pernah bertumpu pada jalan itu
Menunggunya yang kian mendekat
Aku tahu itu tidak benar
Hanya saja maafkan aku
Biarkan aku ego untuk beberapa menit saja
Hanya ingin menyampaikan padanya satu pesan
Tentang harapan yang terlampau jauh
Kelak oleh waktu pun jarak.

Sulteng, September 2018


KUPASRAHKAN RINDU PADA-NYA
Tidakkah absurd jika rindu kulayangkan pada hujan
Bukan pada angin yang senantiasa hadir
Bukan pada malam yang pasti melambai
Bukan pula pada langit yang tentu menyapa, serupa
Atau haruskah kulambungkan rindu pada do’a
Biarkan Illahi Rabbi sampaikan dengan cara yang luar biasa
Tanpa kusadar kau telah merasa
Dan tanpa kau tahu siapa kiranya

Sulteng, September 2018


TUMBANGNYA RASA
Maaf karena telah menginginkamu terlalu dalam
Mengabaikan rasamu yang mungkin ‘tak nyaman
Meninggikan egoku yang semakin hari semakin ‘tak berbatas
Merampas damaimu yang kian terbatas
Biarkan aku lupa bagaimana rasanya terhempas, sesaat
Belajar merajut pada kisah-kisah yang kuanggap indah
Aku tidak ingin dengar kau mengatakan ini keliru
Atau berujar aku sedang melukis pada air keruh
Semua
Tidak mengapa

Sulteng, September 2018


SYAIR WAKTU
Aku tidak begitu mengerti tentang waktu
Merampaskah ia atau sedang mencoba
Kadang menggali lubang-lubang yang sempat tertutup
Kadang pula mengubur yang sempat menjengul
Aku tidak begitu memahami akan waktu
Marahkah ia atau sedang gembira
Kadang pergi padahal kuminta bertahan
Kadang bergeming padahal kuminta lenyap

Sulteng, September 2018


Anami, gadis kelahiran Sulawesi 1997. Mencintai kopi dengan segala rasa pahit manisnya. Mencintai sastra dengan segala keindahannya.

Jejak Publisher

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.