Sekumpulan Puisi Dini Mizani

Sekumpulan Puisi Dini Mizani

RAHASIA
rahasia adalah bianglala yang dikirim angin pada senja di matamu, kemudian kita sama mengukir janji pada sayup jingga di ujung ufuk itu.
hatimukah yang kemudian berpendar dan membentuk binar rasi,
menyiratkan harapan-harapan memanjang,
meniti jembatan-jembatan menghalau gamang.

aku kelak yang akan memetiki cerlang itu,
mengalungi dan mendekap degupnya,
menjalinnya dan menjadikan pawana
tempat kita bertukar cerita, tempat kita bertukar lara.

Padang, 29 Juni 2018


 

SURAT SAKIT

Surat Sakit 1;
aku menemukan namamu dalam baris-baris awal setelah dua titik mendahului,
kau bilang demam merajang, “seperti ada tuyul mungil dibelakang kepala yang menarik-narik rambut”.
kubilang, tubuhmu kejut dengan kota ini setelah lama mengelana nun di pulau jauh.
atau seseorang, sesuatu atau mungkin juga kenang membuat jantungmu menggemuruh, hingga meriang; serasa diawang-awang.

Surat Sakit 2;
lebaran belum lagi telan, masih asik dikunyah-kunyah,
renyah seperti bainai dalam toples kaca di meja tamu.
handai taulan masih silih berganti bertukar gema perjalanan,
riuh kepulangan;
rindu masih suam-suam kuku;
maka terjanglah demam kuhadang,
sehari atau dua mengulur waktu memperpanjang sua:
selembar surat sakit cukuplah penjawab tanya.

Surat Sakit 3;
karena tanda tangan kecil di sudut kanan bawah itu akan menjadi sebab penggugur keharusan,
maka isilah titik-titik dengan lugas pada baris nama dengan namamu,
beri rentang panjang hari-hari hingga pekan berakhir,
takkan mengapa.
sebuah stempel biru akan mempertegas keadaan.
lalu kirim hingga letak dengan manis di meja atasan.
baiklah, mari menghabiskan hari raya pelan-pelan.
Padang, 22-23 Juni 2018

 

*penggal kata Larsi de Isral


 

JIKA AKU PENULIS

jika aku gerabah
berdiang dibakar panas,
dihempas-hentakkan
dikerik berpusing-pusing
ketika usai, tak berkawan ketinggian
rapuh seketika berderai.

jika aku kupu-kupu,
sedia menjadi ulat
jijik dan gatal
mengasing dalam kepompong
seketika menjelma.
sekejap saja mencumbu dunia.

jika aku mangsa,
berkawan kecam dan cekam
setia cemas dan lemas,
lari dari serigala dihadang terkam buaya
berakhir di mulut singa.

jika aku roti
digiling dan diaduk,
dibanting-kaliskan
dipanggang berkawan api,
setelah matang segera lumat menjadi santap.

jika aku penulis.

 

Padang, 18 April 2018


 

 

DOA PENGHUJUNG MEI*

mei yang basah, ketika aku menangkup gigir hati dari tikam kelam terdahulu.
apa yang kurapal-rapal dalam doa tak kunjung ranum juga.
tepi kain serupa mantra kesumat yang tak berkesudahan.
masih terengah sesaknya.

aku perlahan membuka apa yang tak pernah tuntas,
mencari ujung temali kusut.
merunut, mematut, membarut lebam menghitam.
prasangaka yang disuluh-suluh angin pada hati kuat-kuat kutepis.

 

Ilahi rabbi,

apa yang kurangkai-rangkai dalam kata-kata adalah milikmu semata.

igau-igau dalam angan berlaku atas hendakmu jua.

maka angkatlah segala resah nan tak sudah-sudah.

beri terang hati,

beri sabar diri,

beri seri hari-hari.

 

Padang, 25 Mei 2018

 

*sajak ini terpilih dalam Antologi Puisi “Wangian Kembang” Persatuan Penyair Malaysia dalam rangka Konvensyen Penyair Dunia (KONPEN) 2018 (World Poet Convention 2018), yang diadakan di Pantai Chap-Bachok, Kelantan-Malaysia 20-22 Juli 2018.


 

DIARI

hai Ri,

kemana saja kau mengulur-ulur langkah,

merentang-rentang hari?

kemasi dulu temali hati yang pernah kau urai dahulu.

usut kemarut pada kening itu,

pada siapa ia beralamat.

setelah itu terbang lepaslah.

ringankan beban pada bahu,

biar tak melulu dikuliti rindu.

 

hai Ri,

mana senyum yang dulu sentiasa rekah?

menantang hari-hari yang tak bersahabat?

igau-igaulah.

di sekat hati yang mana kau benam.

di lipat janji yang mana kau tanam.

lalu bernyanyilah,

jadikan pengusir risau.

 

bukankah kau, aku, mereka,

kita yang melangkah dalam fana

tetap akan terus mencari segala cara

mempertahankan bahagia

 

?

 

Padang, 20 April 2018


 

NADI DI NADI KAMI
: Julnadi

ternyata kepedihan yang teramat membuat kata-kata menjadi begitu pasi,
berderai saja tak kunjung dapat kupintal.

tikungan tajam dan lirih gerimis menjadi sebab.
Tuhan terasa seperti begitu tergesa,
meninggalkan kami yang bertanya-tanya.
meninggalkan kami yang masih ingin lebih lama memiliki.

melesatlah ke surga adinda,
derai-derai doa menembus pekat gabak dan hujan di hati kami.
kepulangan atau kehilangan tak lagi berbeda.

kau akan menjadi hal baik di sepanjang kenang,
terus mengaliri nadi,
terus mengaliri nadi.

 

Padang, 21 Maret 2018.


 

PULANG; MERENANGI KENANG

suatu waktu kelak,
ada masanya kau pulang,
menyusuri benang-benang ingatan,
kadang tipis, kadang menebal
dan tak sedikit menjadi genting.

suatu waktu kelak,
ketika masanya pulang,
kau membawa pintal ingatan,
helai-helai baru membiru.

seketika,
kenang menjadi begitu asing.
kau selalu hafal jalan pulang,
namun tak lagi mengenali rumah tujuan.
Padang, 19 Februari 2018


 

PUSARAN KENANGAN

pada tapak-tapak rekat ingatan, kenangan membentuk pusaran.
mengitari ruang-ruang,
jalan-jalan panjang.

inilah hari ini,
dari kerat-kerat kenang,
beberapa ingin kau punguti, lainnya berserakan,
sebagian lain ingin kau lepaskan terbang.

Padang, 17 Februari 2018.


 

MALAM SEBELUM JUM’AT DI SUATU DESEMBER

perempuan-perempuan dengan baju berwarna sama

melonjak-lonjak kegirangan di televisi,
entah apa nan membuat mereka begitu riang.

panggung dengan latar biru gelap terasa lengang.

telapak tangan kananku mengusapkan minyak kayu putih

ke perut bujang kecil yang meringis sakit sedari sore;

telapak tangan kiriku meraba dahi si upik

yang terasa hangat semenjak kemarin malam;

ayah anak-anak menyalakan sinyal hotspot

dari retakan layar smartphone androidku, ‘tidak ada paket’

ujarnya sejenak sebelum jatuh lelap.
sementara asam lambung menuntut sendawa berketerusan.

perih pada ulu hati.

acara televisi berloncatan, lelaki-lelaki memakai jas berwarna pastel

mengobrol-ngobrol dan terbahak.

latar merahnya membikin mata yang terkantuk ini kian nyeri.

aku teringat nasi goreng cabai hijau di simpang jalan,

dengan telur dadar dan udang-udang kecil yang asin.

ini malam masih akan panjang.
Padang, 14 Desember 2017.


 

KEKASIH DALAM SAJAK

kau menjadikanku kekasih dalam sajak,

kekasih tak beralamat;

mengembara dalam sajak-sajak liris dan romantis.

 

kau membiarkan bait-bait terus menggila;

membiarkan metafora seperti dalam amuk siklon tropis cempaka;

diksi-diksi bertura-tura;

sebab aku, kekasih dalam sajakmu;

mungkin saja ada di sana.

 

Padang, 4 Desember 2017


DINI MIZANI, lahir di Padang, Sumatera Barat, 3 April 1984, senang menulis sejak masa sekolah. Pernah terlibat proses kreatif di UKM Teater Imam Bonjol Padang semasa kuliah. Sajaknya telah dimuat di beberapa harian lokal Sumatera Barat. Ikut serta dalam beberapa Antologi Puisi Bersama, yang terbaru, Antologi Puisi “Wangian Kembang” Persatuan Penyair Malaysia, dalam rangka Konvensyen Penyair Dunia (KOPNPEN) 2018. Kumpulan Puisi Perdananya “Tikam Jejak Masa Lalu” (2018). Kumpulan Puisi keduanya “POTRET” sedang dalam proses terbit. Sekarang menetap di Kota Padang. Dapat dihubungi melalui dinimizani@yahoo.co.id.

Akun media sosial:

 

 

Jejak Publisher

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.