Serumpun Puisi Rudi Santoso
PENJAMUAN RINDU
Aku ingin bertemu denganmu
Melepas rindu yang tumbuh dengan cepat
Masuk ke dalam pikiran
Hilang sesaat saat aku terlelap
Masa lalumu hanyalah kenangan yang tak perlu kau sedihkan
Berdiam diri dengan bayangan semu
Ia akan mengusikmu dengan terus menerus
Kau tidak akan tumbuh menjadi pepohonan rindang yang menyejukkan
Aku hadir bukan sebagai saksi
Atas air mata yang kau jamah dari kenangan
Aku adalah embun yang sejuk
Untuk menyejukkan wajahmu
Yang panas dengan air mata
Aku adalah senja
Yang banyak disukai oleh sepasang kekasih
Untuk melepas penat
Senja yang indah dan memesona
2018
TUHAN ADALAH TEMPAT MENGADU SEGALA TENTANG CINTA SETELAH PUISI MENULISNYA
Segala tentangmu telah tertulis untuk menjadi ingatan
Di mana pun kau berada aku akan mencarimu
Sebagai kekasih yang menemani dingin
Dari hujan yang selalu berganti musim
Lebih jauh puisiku ingin mengenalmu lebih dekat
Ia menyampaikan pesan yang isinya demikian:
Kejar dan kecup keningnya
Bisikkan kepadanya
Bahwa kau bukan lelaki
Yang di pikirannya penuh dengan kata
Kata yang menjadi candu pada rindu
Kepada Tuhan aku berdoa
berikut isinya:
Tuhan aku jatuh cinta
Rindu telah menyala
Izinkanlah aku tumbuh di hatinya
Seperti dirinya yang mulai membuat akar di hatiku
2018
NYANYIAN RINDU
Na-nana-na.nanana
Yang telah kita lalui adalah serpihan kekosongan
Ada yang lebih indah untuk kita pijaki, yaitu masa depan mencapai angan
Nun jauh keberadaanmu, aku tak pernah berhenti berdoa untuk memilikimu secara utuh
Yakinlah doa adalah cara yang paling puitis
Isak tangis tidak akan pernah mengobati rindu yang kerap terkikis oleh jarak
Asa akan terus menyala, sayang, dan
Nyanyian rindu tidak akan pernah mempunyai cara untuk berhenti selain dengan pertemuan
Rindu menyiasati kita untuk setia
Indah pada waktunya
Namun beranikah kita melawan ombak bersama.?
Dengan rasa curiga dan sakit hati
Untukmu yang ingin kupinang menjadi kekasih halalku, aku rindu-mu
2018
AKU TIDAK INGIN KEHILANGANMU BEGITUPUN CINTAKU
Aku tidak ingin kehilanganmu begitu pun cintaku
Bunga-bunga telah tumbuh dengan indah
Tinggal kau menyiramnya, maka jangan pergi meninggalkan gelisah
Harapku kau tidak hanya menjadi petuan
Tapi sebagai kekasih dalam penenang hidup
Aku tidak ingin kehilanganmu begitu pun cintaku
Jangan lempar aku pada tempat yang sunyi
Sunyi yang mengasingkan kehidupan
Kehidupan yang tidak mengajarkan bahagia
Bahagia yang diharapkan oleh banyak orang
Aku tidak ingin kehilanganmu begitu pun cintaku
Aku ingin mengobati luka-lukamu
Ketika hidupmu terimpit
Bingung tak menemukan arah tujuan
Kehilanganmu, aku tersiksa
Segelas kopi tidak cukup untuk mengobati luka
Puisi-puisi akan menyusup
Ke dalam tubuhku yang kosong
Membawaku ke tempat yang paling menyeramkan
Yaitu sepi dan kesunyian
Aku tidak ingin kehilanganmu begitu pun cintaku
Karena kehilanganmu adalah hilang yang tidak tahu jalan pulang
Jalan menuju ketenangan
2018
RINDU YANG PUITIS
Kita sama-sama gelisah
Karena rindu meminta peluk dan kecup basah
Kita saling mendoakan
Sekalipun jarak memisahkan
Karena jarak bukanlah persoalan
Jangan bicara persoalan rindu
Jika hanya merindu dengan sendiri
Karena rindu yang puitis ketika keduanya seling merindu
2018
ABADILAH DENGANKU
Bila dengan sebuah cincin di jari-jarimu
Tidak mampu meyakinkanmu tentang cintaku
Aku sertakan puisi agar kau ikut abadi
Bila masih kurang cukup
Mendekatlah, aku ingin bisikkan kangenku
:Kau adalah bunga yang merekah di hatiku
Di antara musim hujan dan kemarau
Sedangkan harumnya mengalahkan harum minyak tujuh rupa
Abadilah denganku, bila kau ingin mengerti
Tentang segala cinta yang kerap kali kau minta kepada Tuhan
Cinta yang tulus
Cinta yang sungguh-sungguh, tanpa menyakiti
2018
KIDUNG CINTA
Di ujung matamu kulukis mimpi
Meminta harap untuk selalu bersama
Yang disandingkan pada sejuk pagi
dan pada malam yang sunyi
hanya ada desir angin serta suara serak dari doa-doa
dikau kekasih di mana salah satu bahagia bermuara dari tubuhmu
2018
Rudi Santoso, lahir di Sumenep Madura. Mahasiswa Sosiologi UIN Sunan Kalijaga. Alumni Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan Madura, alumni Teater Kertas Banyuanyar, aktif di Forum Komunikasi Mahasiswa Santri Banyuanyar (FKMSB), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Pemuda Melawan Korupsi (GPMK),
Beberapa puisinya termaktub dalam buku antologi puisi bersama, Secangkir Kopi Untuk Masyarakat (2014), Sajak Kita (GemaMedia2015), Surat Untuk Kawanan Berdasi (2016), Ketika Senja Mulai Redup (2016,) Moraturium Senja (2016), Antologi Cerpen Muda Indonesia (Gema Media 2015).
Puisi-puisinya telah tersiar diberbagai media cetak. Diantaranya Media Indonesia, Tribun Bali, Koran Madura, Radar Surabaya, Malang Pos, Duta Masyarakat Surabaya, Radar Banyuwangi, Radar Mojokerto, Radar Bojonegoro, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Analisa Medan, Medan Bisnis, Haluan Padang, Pikitan Rakyat, Republika, Dinamika News Lampung, Solo Pos, Sastra Mata Banua, Tanjungpinang Pos, Sumut Pos, Jembia Batam Pos, Lombok Pos, Harian Rakyat Sumbar. Pos Bali, Radar Cireboron, Magelang Ekspres, dan Media Online, Flores Sastra, Nusantara News, Rima News, Litera, LPM Arena UIN Jogja.
Instagram : rudi_santoso1
Facebook : rudi santoso