Puisi-Puisi M. Afif Maulana
HUJAN YANG KEJI
Yang terulang
Yang kembali terkenang
Kemudian diam menggenang
Sayang hujan telah turun
Lalu basah dan kebas
Kepada siapa kau akan menyalahkan
Jika jaketmu basah
Apakah karena hujan yang terlalu cepat turun
Atau karena kau yang terlambat berteduh
(Bojonegoro: tempat kala hujan dinanti kadang juga ditakuti)
SAJAK RINGKAS
Semalam kita memulai percakapan
Tentang Kenangan
Tetes Hujan
Menghilang
SEJARAH OKTOBER
Oktober dari timur
Terbit meninggalkan September
Meninggalkan sisa-sisa Agustus
Tak pernahkah kau mencoba bercermin
Pada awan atau sungai-sungai
Yang mengalir berarak
Mengikuti musim dan waktu
Jika kau mulai bercermin
Katakanlah
Wajahmu tak abadi
KABAR SENJA
Tentang kabar senja
Kau selalu menanyakannya
Apakah kau tak takut dibenci matahari
Karena kau menunggunya tiada
Tetapi tak mengapa
Entah kenapa
Dengan begitu matahati tahu
Ia akan tenggelam
Ia akan padam
SEPENGGAL SAJAK SUNYI
Siapa yang berani untuk menafsirkan sepi
Dengan penuh ego kita sering menyalahkan
Menganggap hina orang-orang sendiri
Kadang kita seenaknya menyalahkan sepi
Saat dingin malam menegur
Dan mata terpaksa terjaga
Dan hati cemburu sendiri
Siapa yang seenaknya menggunakan kata sepi
Lalu kita suka duduk di antara frasa-frasa sendiri
M. Afif Maulana. Begitulah nama akrab lelaki pegiat sastra ini. Ia juga sedang giat belajar di kampus hebat, tempat guru-guru pejuang ditempa STKIP Al Hikmah Surabaya Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia. Kini ia sedang berusaha menekuni dunia kepenulisan. Kau bisa menemukannya di Fb: Afif Marlboro dan Ig: mafifmaulana_
Beberapa karyanya seperti cerpen tersebar di beberapa antologi. Salah satunya cerpen berjudul “Melodi Terakhir” telah mendapat penghargaan sebagai cerpen terfavorit versi Jejak Publisher dan terhimpun dalam buku Kenangan Kakek Nenek.