Puisi-Puisi Daffa Randai
MENJELMA BUKU PUISI
: N. Evani M.
di hadapanmu, aku ingin walau sebentar
menjelma buku puisi
yang lembar demi lembarnya
berisi bait-bait pengakuan
tentang kenyataan
─betapa kau kurindukan.
Yogyakarta, 3 Juni 2018
[Kafe Basabasi, Pukul 22.30 WIB]
UNDANG-UNDANG RINDU
sebagaimana undang-undang
rinduku terbagi atas pasal-pasal
yang berisi pernyataan sekaligus pertanyaan
misalnya, pasal pertama: aku merindukan kau
dengan setulus-tulusnya, dengan seutuh-utuhnya
pasal kedua menimpal: apa kau pun demikian?
─sebagaimana undang-undang
kita adalah pasal kerinduan
yang gagal diamendemenkan.
Yogyakarta, 30 Mei 2018
[Kamar, Pukul 23.20 WIB]
HARI BESAR KEPERGIAN
Petir tiba menyanyat kesunyian
yang bersarang di lekuk hatiku yang malang.
badai melumat keramaian air mata,
dan kau-aku, saling berpaling ke lain arah.
Ranting sungai meluap, mengalir liris
ke kediaman dada dan sesak, manisku.
tinggal pahit yang terpahat
di kisah perkasihan kita.
Sekawan debu menggebu di degup
jantung; jurangkah ini, manisku?
kurung aku jangan di cuaca yang murung.
Sebab tak ada jalan balik di bilik bulan
musim ini, dan kita akan ke mana
; seusai pergi?
Yogyakarta, 21 April 2018
DEFINISI PUISI
puisi adalah lahan pelampiasan
atas kecemasan dan ketidakberdayaan
seorang penyair mengungkap rasa
kerinduan kepada kekasih hati yang
─sedang jauh dari jangkauan.
Yogyakarta, 30 Mei 2018
[Kamar, Pukul 23.00 WIB]
JIKA KAU BERKEHENDAK
jika kau berkehendak,
kusiapkan bagimu senapan angin
─untuk kau penuhi peluru
lalu kau pompa sepuasnya
untuk kemudian kau tembakkan
ke dadaku yang jengah
; menanggung segala luka
jika kau berkehendak,
kusiapkan bagimu belati
─untuk kau asah setajam mungkin
lalu kau lumuri racun termanjur
untuk kemudian kau hunjamkan
ke dadaku yang terlanjur
; menanggung perasaan hancur
Yogyakarta, 22 Mei 2018
TRAGEDI RUANG TEATER
: N. Evani M.
separuh tahun silam, di ruang teater;
api menjelma cemburu, dan tak terpadamkan.
aku lelaki perindu yang bukan siapa-siapamu
dengan terpaksa harus berpedih-pedih
─menanggung luka perasaan
saat menyaksi kau
berpeluk lelaki yang tak kukenal.
Yogyakarta, 30 Mei 2018
[Kamar, Pukul 23.10 WIB]
MENYUSULMU KE DAPUR
satu kebiasaan yang hendak kuselalukan
ialah menyusulmu ke dapur
justru ketika kau sedang sibuk mencuci piring
─atau mencuci sisa kecupan
yang masih saja membekas
atau mencicip lagi dekapan
yang berasal dariku yang acap
memelukmu dari belakang
; tanpa tunggu aba-aba
terkadang, setiap kali begitu
air yang genit memercik membasahi bibirmu
lalu dengan penuh isyarat
kau raih wajahku sambil berucap:
”maukah kau mengeringkan bibirku
dengan bibirmu yang sedang basah-basahnya itu?”
Yogyakarta, 21 Mei 2018
RIWAYAT KELAHIRAN
aku terlahir sebagai seorang perindu,
lelaki tak bernyali yang hanya gigih memilin
butir-butir tasbih seraya merapal doa-doa
pengharapan kepada Tuhan, misalnya ketika:
─aku meminta agar kita dijodohkan.
Yogyakarta, 30 Mei 2018
[Kamar, Pukul 23.40 WIB]
SINTAKSISASI RINDU
: N. Evani M.
‘merindukan kamu’ adalah susun kalimat
yang melesapkan ‘aku’ sebagai subjek
di kata pertama; menjelaskan perasaan
di kata kedua; menunjukkan ‘kamu’ lah muasal
atas segala rindu yang ada, di kata ketiga.
─Aku merindukan kamu.
adalah kalimat lengkap yang hanya dapat
kuungkap secara tak langsung melalui sajak.
Yogyakarta, 30 Mei 2018
[Kamar, Pukul 23.30 WIB]
RISALAH SEBUAH PENANTIAN
: Kisah Pyramus & Thisbe
/1/
kesedihan terkurung di ketinggian bukit.
menara yang urung dibangun,
pohon mulberry, seekor singa,
dan aku yang nyaris gagal menujumu
; dikutuki purnama.
/2/
angin yang murung dan cahaya
yang redup mengikuti pergiku.
juga nasib jalan-jalan yang terlipat
; di tiap jejak langkah.
/3/
aku telah sampai, kini.
sebelum arah peta terakhir bersikeras
menipu dan menyesatkan berkali.
dan aku menanti, kau! tatkala cahaya
berguguran di jubahku yang basah,
; kecemasan padamu memuncak.
/4/
dan aku menanti, kau.
di mana hutan-hutan sunyi,
pepohonan kering, dan rencana
kepergian kita, tak setahu siapa-siapa.
tetapi kau di mana? malam makin mencekam
; kau tak juga datang.
/5/
mulut-mulut angin yang tak
terhitung jumlahnya, bersitahan di
dahan kecemasan hatiku yang malang.
tak ada menara, dan kau pun juga−betapa
waktu menggigil, biola dan sitar kesunyian
; melagui sedihku yang tahan.
/6/
tersesatkah kau, manisku?
jalan memang berliku, tapi yakinku
tekadmu lurus; tak ada jejak-jejak sunyi,
kesemogaan pun kawanan singa
sedang tak berjaga, kini. tetapi kau di mana?
purnama nyaris jatuh dan tenggelam
; termakan getir penantian.
/7/
cericit burung, desis cuaca yang
diam-diam merayu terbaca oleh mataku.
selendang biru dan aroma tubuh, redup cahaya
terang suaraku; menangkap sampaimu.
kaukah itu, manisku?
oh, betapa lenganku sudah bersiap
; melilit kau dalam pelukan.
/8/
tetapi tidak, dan aku menanti
kau yang tak sampai-sampai. oh, bayang-
bayang pedih, jangan jelmakan siapa-
siapa selain dia. betapa untuknya, doa-
doa berserakan dan cemas kemasan rasa
; ini hatiku berhamburan.
/9/
angin murung, dan cahaya yang redup
mengutuk penantianku. mulut-mulut belati
yang runcing, serta harapan-harapan yang tumpul
pun habis mengepul. dan kau di mana, kini?
betapa daun cemasku membusuk, dan segala
tentangmu berakhir−lalu semata demi kau
; surga beralih jadi tempat kumenanti.
Yogyakarta, 23 April 2018
Daffa Randai, lahir di Srimulyo, Madang Suku II, Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan pada 22 November 1996. Alumnus siswa SMA Negeri 1 Belitang (2015) dan detik ini sedang menempuh pendidikan tinggi di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Salah seorang inisiator terbentuknya komunitas Pura-Pura Penyair. Pernah menjabat sebagai Wakil Pemimpin Redaksi (2016), Redaktur Pelaksana (2017) di Mading Wiyata, dan Pemimpin Redaksi (2017) di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pendapa Tamansiswa.
Puisi-puisinya tergabung dalam antologi bersama seperti, Tasbih-Tasbih Rindu (Wahid Media, 2017) Tematik Rindu (Sudut Sastra, 2017) dan Kepada Hujan di Bulan Purnama (Tembi, 2018). Beberapa karyanya juga tersiar di koran Sriwijaya Post dan media daring seperti: tembi.net, kibul.in, sukusastra.com, tulis.me, lampungmediaonline.com, binisbelta.id, dan lain-lain. E-mail: randaidaffa22@gmail.com, Facebook: Daffa Randai, Twitter: @randai_daffa, Line: @randaidaffa22, Ponsel: 0822-8245-2892, Blog: www.randaidaffa.wordpress.com