Sehimpunan Puisi Deni Ramdani

Sehimpunan Puisi Deni Ramdani

BUKAN SENJA YANG BARU

Matahari tenggelam,
‘kan lelap bermalam.
Namun ada hal yang tak tenggelam.

Senja lalu biar berlalu.
Kuterdiam di ujung masa
menunggu senja baru, tiba.
Akan tetapi,
bukan senja baru yang menghampiri.

Aku sadar, bahwa
ada yang lebih indah dan nyaman darinya,
yakni sumber dari semua keindahan,
perpaduan warna, rangkaian kata dalam sastra,
nada-nada yang merupa,
dan juga keindahan dari alam semesta.

Bukan senja baru,
namun kau sumber indahnya dunia.
Pemandangan alam asri, rupamu.
Warna pelangi di langit, auramu.
Serenada yang empuk, suaramu.
Ukiran kata yang ku baca, karyamu.
Kaulah itu.
Bukan senja yang baru.
Bandung, 11 Februari 2018


 

AURORA

Tirai cahaya berderai-derai
dalam helaan nafas langit yang biru.
Di balik ranting kecil nan rapuh,
terlihat helai cahaya itu.
Bukan matahari, senja
ataupun bulan purnama.

Aurora,
ke selatan angin berarah
menjenguk indahnya kerlap semesta.
Goresan alam raya selalu indah.
Tak itu pagi, siang, malam,
s’lalu saja tersenyum menyimpul.

Di bulan Februari ini,
matahari pun beretorika
menuju selatan.
Menemui aurora
‘tuk sampaikan sebuah sajak
cintanya.

22 Februari 2018


 

DI PELABUHAN ITU

Semburat senja berbinar di ufuk barat.
Lukisan langit itu, pembuat bahagia.
Di atas kanvas alam Tuhan ciptakannya.
Gores tintanya tak hanya indah.
Semesta pun semakin dalam cintanya.

Di pelabuhan itu,
aku telah berlabuh.
Mengantarkan sebongkah cinta padamu.
Di sana kau sedang menunggu :
dalam khayalku.
Duduk, sesekali melihat waktu
berharap aku datang :
itu ada dalam harapku.

Aku mencintaimu.
Dari tatap yang tak sempat dibaca;
oleh semak-semak di jalanan.
Aku mencintaimu.
Dari tulisan yang tak pernah dilihat;
oleh ranting pohon dengan kayunya.

Bandung, 13 Januari 2018


 

KESETIAAN

Layaknya kamu yang menunggu
kedatangannya,
dan dia pun datang.

Seperti kamu
yang mengulurkan tangan
dan dia rela menggapainya.
Atau kah ?
Bagaikan kamu
yang duduk menunggu.
Namun dia tak kunjung ada.
Malah hilang, tertimbun
puing-puing rasa hampa.

Ketika kamu
mengulurkan tangan,
dan tak ada yang menggapai,
hanya udara yang kau genggam.
Apakah itu yang dinamakan kesetiaan ?
Menunggu tanpa kedatangan.
Uluran tanpa genggaman.
Benar, itulah kesetiaan.

Namun buat apa ?
Kamu hanya membuang waktu berharga,
mengharapkan hal percuma.

Biar lah dia hilang
bersama rintik hujan.
Bukankah hilang
akan ada yang datang.

Bandung, 26 Februari 2018


 

SAJAKKU

Sajakku,
adalah ilalang di musim penghujan.
Tumbuh begitu saja
tanpa ada yang menanam.
Tak disadari ia pun tumbuh panjang.

Sajakku,
adalah berbagai keindahan
dari semua ciptaan-Nya.
Maka tak heran
bila kau bersemayam di dalamnya.

Sajakku,
adalah hujan dan rintiknya.
Tersebar di kertas lapang
merahasiakan mantra, sihir
yang tak diucap penulisnya.

Sajakku,
adalah kilauan aurora
yang menjelma menjadi nyata.
Dalam helaan nafas kata
ia berucap :
“Kuharap kau menyukai penyair ini.”

Bandung, 16 Maret 2018


 

KARENA MALAM LIMA HURUF ITU

; S. R
Kala lembayung tenggelam
di ujung pelataran dunia.
Hitam jelaga malam menyeruak.
Angin memanjat ranting
pohon berbunga ; merah jambu.
Sampaikan pesan dariku
yang membingkai rindu di balik kacamataku.

Puisi ini
adalah rindu yang melampaui sepi.
Seakan-akan meranting di tepi hari.

Malam adalah waktu bukan ?
“Waktu ketika rindu menjemput”, kataku.
Tak tahu sampai kapan seperti itu.
Hingga aku berniat membunuh malam
agar tak ada lagi lima huruf itu.
Karena malam,
aku tak tahu kelopak bunga tersenyum.

Bandung, 28 Maret 2018


 

LEKASLAH KELUAR

Rintik hujan hinggapi atap rumah.
Bersama siut duka lewati jendela.
Dinginnya hari membekukan bibir.
Tak ada lagi garis senyum tersisip.
Kelopak mata sembab
dengan sedikit embun di tepinya.

Tuan ini siapa ?
Mengetuk pintu lalu merasuk tubuh,
membuat jiwa-jiwa bermuka sendu,
di sudut kamar, di balik lemari,
di atas kasur, di bawah dipan.

Tahukah, Tuan ?
Berapa nyawa yang kau ubah ?
Mohon maaf, Tuan.
Lekaslah keluar ! Tuan tak diundang.
Tak peduli di luar masih hujan.

Bandung, 29 Maret 2018


Deni Ramdani. Penyair pemula yang lahir di Bandung, 17 Desember 1999. Ia sekarang akan menamatkan masa SMAnya di SMA Negeri 1 Ciparay. Pemuda ini memiliki persamaan dengan Sapardi Djoko Damono yaitu, sama-sama menyukai puisi. Sains adalah bakatnya dan sastra adalah hobinya. Maka, tak heran istilah sains ia sisipkan pada larik puisinya.
FB : Deni Ramdani
Twitter : @deni_ramdani99

Jejak Publisher

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.