Puisi-Puisi Rizal Fathurrahman

Puisi-Puisi Rizal Fathurrahman

AKU DAN KEHIDUPAN

Aku adalah gubuk gerimis
Hidup dalam sebilah garis perputaran
roda zaman
Berjubahkan muslim tanpa paksaan
Tunduk simpuh menelan ayat-ayat
keagungan
Dari buaian ibu hingga lahat, merajam
Gelap caruk membius geraham
Tanpa ampunan berkrisan..

Yang duduk menangkis asam garam
Menenggak pahit kedunguan
Menelan arus kekejaman mereka; berfigura hitam dengan simpul
sepah bualan. para petinggi bangsa, katanya
namun penindas para miskin, nyatanya
Tergerus oleh ubun tak bertuan
Dari kecil menuju lorong kebesaran
Lewat debu-debu jalanan
Kehidupan..

Gresik, 03 Januari 2018


 

SANDIWARA RINDU

Hari ini jiwa begitu sahaja
Ditumpahkannya gundah
Seolah rintik resah mampu bermuara
pada ujung sembilu
sang pujangga

Hari ini jiwa begitu kuat
Ditelan bulat-bulat rindunya
Sementara angin masih mau, mengecap
sepah seroja

Hari ini jiwa begitu gempita
Linang di jelmanya beku, membatu
Sebilah pedih terbelah sendu
Meranggas pada gendang-gendang tuli
Sebab riuh-peruh meruah, rindu
sedang berlabuh pada batu-batu
pilu..

Hari ini jiwa begitu gegap
Hati ini tersandung senyap
Sedikit gelap sedikit kalap
Uratnya berurai kembangan api; seperti malam-malam
pergantian dulu..
Namun kulit tetap bercucuran, perih
Hanya fatamorgana berbias buas, tergilas
sayat renjana
Hingga tegar berserah pada altar, imaji
sunyi terkatup mimpi
sang kekasih, diri..

Gresik, 13 Januari 2018


 

PENYEMAI ASA

Seminar surya menyapa bumi
Melafalkan embun-embun widuri
Hangat tersulam memijit tubuh bahari
Laksana bayu menyulam kasih
Pandang ia sang petani

Tengkuh telapak tak berselipar
Menjinjing instrumen sawah membahu kekar
Dengan sebungkus asa berbekal
Menyemai benih, ani-ani pangkal
Tanpa keluh hilang tersingsal

Matahari pun tak mampu menjelma iba
Redupkan ganas sinar-sinar mega
Walau peluh bercucuran payah
Ia tegar meneguh jiwa
Menantang lelah yang merajuk pasrah
Saat jingga menopang lembayung senja
Ringkih tubuhnya bermandikan cita
Menenun kembali sajak senyum merona
Mengharap kuasa sang mahadaya
Menanti pesta panen bersua

Gresik, 28 November 2017


 

ANTARA DEKA DAN DUKA

Negara Merdeka…
Terpampang nyata khayal belaka
Bendera kibar dengan sombongnya
Rakyat jelata kian sengsara
Berita basi jadi prestasi
Kenyataan kau anggap klise
Sejarah negeri dipandang kejih
Terjilid luka menjadi saksi
Apa guna negeri jiwa…
Hukum adidaya meronta ronta
Merajam duka lorong jelata
Pasal dijual hukum terbegal
Sungguh kejih tangan berulah
Hakim bisu disuap merdu
Hening sendu tak beradu
Tikus tikus berjubah
Merampok hina berucap dusta
Entah… apakah ini simbol merdeka
Mungkinkah isu belaka
Hanya satu yang nyata
Indonesia Merduka

Gresik, 17 November 2017


 

CINTA PERTAMA

Bilik malam memantul kantuk pada kaca-kaca
temaram
Berdiri di depan gerbang gelap, rembulan
Terperangkap dalam lintang-lintang cahya
yang dipingit langit, lembut senja, seroja
Tubuh jiwa ngalun berdawai syahdu
Tak kalah merdu dengan purnama yang sedang
pesta: orkestra, seperti pertunjukkan jalanan
bergitar usang. Melambung kelung di atas gurun
kalung aurora
Menenun kail-kail monolog cinta yang siap menjaring
benih, rerayu pesona jiwa
Segumpal angin turut menyeka, rindu
rusuk-rusuk asmara
Masih tertancap lekat saat itu
Ketika mata saling bersiul padu, menoreh rasa pada kidung
pujangga.
Sajak renjana seakan mekar meruah puah
Elegi sukma semakin larut dalam bulir-bulir kasmaran
Inikah dawai yang sering dibual oleh muda-mudi
Begitu indah menelisik luruh, pada jengkal paras teduhnya
Hingga syahdu mendawai: selamat datang cinta pertama

Gresik, 09 Desember 2017


A POEM OF RISE UP; (PUISI TENTANG BANGKIT)

Pernah terkulai dalam kabut cemoohan
Menyeringai retak di atas lahar
kepedihan
Tergilas roda-roda diksi
; abu-abu penyesalan
Tertanam titik-titik resah
; hitam-karam keterpurukan
Kalut riuh terbakar nyala
Embun peluang hilang terpatahkan
Terbuanglah jiwa pada jalan-jalan
kehampaan
Namun hikayat keruh berakhir, lirih..
Badai kekecewaan telah usai
Kini waktunya mengemasi air mata
Melumat pasrah melebarkan usaha
Berpijak diri di atas benang
Kepastian
Kembali menyulam ranum-ranum
Syuhada’
“Bangkitlah wahai degub pemuda”
Sebab indah sedang menanti di gerbang
Asa

Gresik, 08 Januari 2018


Hai, nama saya Rizal Fathurrahman. Lahir di Gresik, 19 juni 1999. Hobby olahraga dan membaca. Saya baru lulus dari SMAN 1 DRIYOREJO, GRESIK. Beberapa puisi saya sudah masuk dalam event-event nasional yang diadakan Jejak Publsiher (Rintihan Permata Jalanan), Fam Indonesia (99 Cahaya Dalam Selimut Bumi), dan InkuMedia (Bukan Dia Takdirku). Dapat dihubungi melalui Email: rizalfathurr1999@gmail.com / Fb: Fathur Rahman R / Fanspage: Poetry’s Of  Fazzalman / Instagram: rizalfathurr. Terima kasih, salam literasi.

Jejak Publisher

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.