Sekumpulan Puisi Kholifatul Fithriyah
LEMBAR LIEVA KE-12
Bertatap hamparan putih melamun netra sepanjang detakan
Kau, di hari itu mengatakan ingin melambung menjauhi
Ku tersendu, terisak
Mengapa demikian terbungkam tanpa alasan
Menjelajah air mata begitu mudah, terurai
Lembaran demi lembaran begitu mengagumkan
Bibirmu ku teringat jelas, menderai
Sebanyak orang mengatakan di hari keseriusan
Kau telah melaksanakan itu, tepat di senja itu
Mengusap rambut menyelinap indah di belahan sindoor
Hanya berhenti di hitungan ke-12, menyontak
Bukan, itu bukan kenyataan
Harus merentet keyakinan itu khayalan semu
Menelusur kesakitan, pasti pasti terbangun
Tak berhasil sedemikian rupa, kenyataan
Setega manusia memotong tangan anak yang malang
Ibaratmu melebih itu
Orang tua yang telah menyaksikan indah kebersamaan
Kau ludah berbekas tanpa penyesalan
Ini lembaran terakhir kita sayang
Ku sobek dan terbangkan bersama diriku bertemu Tuhan
Jangan membaca ataupun khawatir
Hal di dalamnya yang tak pernah akan tersampaikan olehmu di kefanaan dunia
Karena tenggelam bersamaku juga kenangan kita dalam jurang kekekalan
Tuban, 25 Juli 2017
JANGAN DARI PELANGI SUNGGUH
Memang tak bercorak meriah
Memanja retina bersimpah ruah
Tapi banyak yang berkata indah
Jinggaku di nanti hanya satu merah
Sungguh jangan mengharap dari pelangi
Menguntit sana sini
Tak tentu arah atau kurun yang pasti
Hanya sekelebat, sekelumit sunyi
Memang pelangi berparas cantik beribu warna
Tak sakitkah jika penantianmu tak kunjung bernyawa?
Tunggu aku saja senja meski dengan pekat jingga
Pasti datang tanpa keraguan, tanpa tanya
Satu warnaku penuh makna, sungguh
Jika netra sakit memandangku jangan paksa
Lihatlah dengan hati, berhujan pekerti
Tuban, 29 Juli 2017
KAU PENYEMPURNAKU
Sama seperti nafas yang selalu menyela indah kehidupan
Selalu kubutuhkan dan tak ingin lekang masa sejengkal
Sama seperti air perengkuhku pada kesucian
Selalu ku inginkan ‘tuk memancarkan tubuh agar binar-binar
Sama seperti senja penyandang kesetiaan
Selalu ku harapkan kemunculannya kurun kepastian
Sama seperti kamu ciptaan Tuhan
Sebagai nyata penyempurnaku lalu, kini, dan masa depan
I love you
Tuban, 30 Juli 2017
MANA BAYARANKU SAYANG?
Kau tak menyapaku berbalut manusia
Menganggapku seperti kipas angin
Iya, berarti sederhana
Ku berputar kau tersejuk
Begitukah aku?
Ternyata baru lagi
Aku sutradara kau pemerannya
Sebagai pangeran dengan juliet pemeran lainnya
Ini naskahmu yang kubuat telah selesai
Bahagiakah sekarang?
Oh belum puaskah?
Oke, kau mau tidur
Lirik macam apa yang dibutuhkan
Atau dongeng si kancil dan kura-kura
Baiklah, semalaman netra ini akan terjaga
Sayang, ah masih pantaskah panggilan itu
Jika tempatku seperti itu
Aku memang istri tetapi bukan babu
Tetapi, jika kehendakmu ternyata seperti itu terhadapku
Mana bayaranku?
Tuban, 20 Juli 2017
BERSIHKAN DULU SANA
Kesempatanku masih sama kan bu guru?
Ini telur gulung ayah untuk ibu
Hanya ini sogokanku dari seorang anak penjual telur gulung
Belum cukupkah bu?
Ku ingin bimbinganmu mengikuti lomba itu
Ini pendidikan atau praktik penyuapan
Yang miskin akan terkalahkan
Uang memainkan peran
Tolong berikan hak-hak pendidikan apa adanya
Asa anak bangsa akankah kau biarkan terbujur kaku?
Mungkinkah, pangkatmu itu adalah dasimu?
Berkedok guru pekerjaan mulia
Tetapi sogokan AC ruang membutakan segala
Yang kaya di sanjung-sanjung
Yang miskin kau cincang-cincang
Tidak, aku tidak percaya
Sebenarnya ibu baik
Ibu tulus
Hanya saja belekan di mata ibu perlu dibersihkan terlebih dahulu
Tuban, 20 Juli 2017
INI SURATMU?
Daku menelusuri lorong temaram pekat pekat
Setitik cahaya di ujung
Rona semburat berlari terus terus
Netra telah terbisu terbungkam terpatri
Dari kejauhan bahkan kau bersinar
Terang sangat terang menembus kefanaan
Simetrisku muncul lebar lebar
Rumus apa yang kau gunakan?
Mungkinkah kau memakai magnet
Berarti kita jodoh?
Benarkah?
Aku kutub utara dan kau kutub selatan
Menempel berpadu satu selalu kita
Gerangan apa kau memunculkan impuls?
Pasti selalu memakai teori behaviorisme
Ku seperti anak kecil kau guru
Impulsmu datang ku memelukmu
Sama sekali kau tak tersenyum tetapi terus memandang
Apakah ada yang ingin disampaikan?
Hanya sepucuk bingkisan yang berbicara
Mengapa kau langsung pergi tanpa pamit tanpa mengecup
Ku buka dengan semburat hati kegirangan
Pecah pecah pecah
Benarkah ini suratmu?
Ternyata lusa kau akan menikah
Baiklah, bertemu Tuhan jalan terbaikku sekarang
Tuban, 21 Juli 2017
SUJUD HAMBA PADAMU
Hamba berlumur dosa sebongkah sejagad
Hamba telah membulatkan tekad
Tersadar hanya setitik debu tak berguna tanpa-MU
Bisa hilang disapu oleh waktu
Hamba menjadi pemeran terbaik setan
Skenario sempurna telah kuperankan
Sudah waktunya kembali ke fitrah skenario
Sebelum jatuh tempo
Sekat lorong telah kupatahkan
Gemercik air di ujung pandangan
Ku rengkuh pasti mantab tekad bulat
Mensuci raga menuju akhirat
Lembaran sajadah merekah indah
Bersimpuh ruah berbalut tasbih lemah
Berharap ampunan Maha Segala Penjuru
Menangis memekik pecah jiwa yang kaku
Bojonegoro, 22 Juli 2017
KITA BUKAN PROGRAMMER
Apabila kehidupan seperti program Java
Berarti sederhana
Ku programmer mendatangkan rezeki dengan sistem for
Dengan kondisi jika ku terus bekerja
Berulang menerus tanpa berhenti
Ku programmer mendatangkan jodoh dengan sistem if
Apabila siap datanglah dia
Jika tidak sembunyikan kembali
Ku programmer menyiapkah wadah umur dengan sistem array
Sehingga ku panjang umur
Jika habis masa tinggal memasukkan ulang
Sesederhanakah itu?
Bukan, bukan kamu programmernya
Justru manusia yang dimainkan
Ingatlah!
Masih ada Tuhan programmer sejati
Bukan kita menentukan
Jangan hanya berusaha lupa berdoa
Bojonegoro, 22 Juli 2017
Penulis bernama Kholifatul Fithriyah. Lahir dua puluh tahun silam. Berasal dari Tuban Provinsi Jawa Timur. Ia merupakan mahasiswa aktif semester 5 Prodi Pendidikan Informatika Universitas Trunojoyo Madura. Ia pecinta literasi, sering mengikuti lomba puisi dan cerpen. Juga ia menggeluti bidang ilmiah, seringkali mengikuti lomba esai dan karya tulis ilmiah. Jika ingin menghubunginya bisa melalui fb “Senja Kholifa” atau nomor WA 082333906167. Motto: Memang takut tulisan yang kutuangkan tak bermutu, tetapi lebih takut jika penaku tak mencoba sama sekali