Sekumpulan Puisi Rykma Alodya

Sekumpulan Puisi Rykma Alodya

ADA YANG TAMPAK DALAM KETIADAAN

Mereka yang memujamu sering memainkan dengkur setiap malam
Ada yang berbincang perihal lagu
Lagu patah hati dari seorang penyair yang ditinggal kawin kekasihnya kemarin

Ada yang tak merasakan
Dengkuran pecundang yang bermain-main kepercayaan
Ada yang merasakan
Perbincangan pembunuh dari aliran sungai keruh

Mereka yang memujamu sering merasakan bau anyir darah
Dari segumpal resah yang dibunuh dari lantai tiga apartemen mewah
Kesunyian itu menimbulkan bising
Dari keberadaan yang dianggap asing

Ada yang sering memuja dan merasakan
Ada yang memuja tanpa merasakan
Ada yang tak pernah memuja tapi merasakan
Mereka itu sering menimbulkan ada yang meniadakan

10 Maret 2017


TERSESAT DALAM PUISI

Kutulis surat untuk diriku yang lama tersesat
Telah lama aku tak berbagi sempat
Pada keharusan yang sengaja ditinggalkan
Hidup tak selalu menuntut keinginan
Sedang aku rutin menulis hasrat setiap pagi di dompet, tas dan sepatu kesayangan

Aku menulis mimpi di setiap alinea namun menguap dalam ketiadaan
Aku menceraikan bayanganku sendiri
Seperti angin mematahkan dahan-dahan
Kehilangan adalah rindu yang menyakitkan

Barangkali aku terlalu liar merindukan kesempurnaan
Atau aku tak tahu cara menikmati kesempurnaan
Setiap hari ibu mengajariku menjahit ketabahan
Tak ada lagu semerdu nyanyian ibu

Aku ingin tinggal lebih tenang sampai matahari menua
Namun matahari menua lebih cepat dan aku terlipat
Aku ingin berdiri kekal sejak sajak-sajak terdahulu dibacakan
Namun sajak-sajak segan dibaca dan aku terlewatkan
Aku masih tersesat bersama surat yang ditulis tanpa alamat

21 Maret 2017


SENANDUNG UNTUK JUNI

Waktu itu bulan bergeser teramat tenang
Tak ada jemari yang memaksanya temaram
Tak ada mata menatap tanpa sopan

Aku mencarimu dalam diam
Dalam doa-doa panjang
Yang asyik menyusuri jalanan tanpa merkuri

Kita adalah penanam mimpi
Sejak dulu hingga nanti
Tawamu kudoakan menyanding seluruh pendar jantungku
Kita adalah nyala redup lilin keteduhan
Untuk jeda tergelap sekalipun
Hangatmu kunanti selama matahari naik turun berulang kali

Waktu itu bulan kembali mengelus-elus jantungku
Malam ini tak kujumpai kau dalam mimpi
Namun wajahmu selalu terantuk di hati

Waktu itu bulan semakin berpijar
Menuntun kita melewati  Juni dengan tabah
Kita bergandengan sepanjang hari melunasi resah

7 April 2017


PUKUL LIMA SORE

Perpisahan adalah jurang
Yang menimbun kita ke dalam sepi
Tidak ada waktu kumiliki
Selain menunggu senyum itu kembali

Pukul lima sore aku pulang
Menjemput kenangan berkarat
Yang kau tinggal begitu saja di depan pintu
Setiap sore aku duduk dan mendoakannya

Semoga ia sembuh dari karat yang membuatnya gila
Aku pun sama gila
Memikirkanmu setiap sempat dengan sengaja
Aku selalu sempat memikirkanmu

Pukul lima sore aku pulang
Membawa tumpukan kesal di dada
Yang kau sisakan hanya kisah yang mengambang
Setiap sore aku duduk dan mendoakannya

Pukul lima sore aku pulang
Pulang dan menyesatkan pikirku ke dalam kenangan-kenangan

7 April 2017


MEMAR

Aku merasa biru sepagi ini
Ketika hujan masih menyisakan basah di dahan jambu
Tak kudapati pelangi setelah satu jam hujan berlalu

Aku mengerti mengapa hujan terasa asam malam tadi
Hingga tawamu parau menutup separuh gerhana
Ada lebam di dada

Ada yang mengikat tapi sedikit melepaskan
Barangkali hujan menjatuhkan bosan di keningmu
Aku mengerti ada yang biru setelah ditimpa dusta berulang kali

7 April 2017


SUATU PAGI DI TEMPAT SEPI

Jika nanti perahuku menepi
Lebih dulu dari pada kau
Maka maafkanlah
Dulu aku pernah menulis sajak dengan marah

Jika nanti perahuku menepi
Lebih singkat dari pada kau
Maka cukuplah
Tak ada lagi kau yang membantu mendayung perahu dengan tabah

Jika nanti perahuku menepi
Lebih dekat dari pada kau
Tak ada masa lebih panjang
Seperti perahu kayu yang semakin usang

Setiap sajak dituliskan untuk kembali pulang
Esok atau petang nanti
Suatu pagi di tempat sepi
Akan ada yang luka yang tak dapat dipulihkan

27 Juli 2017


YANG AKAN TUMBANG SUATU HARI NANTI

Jika nanti aku tak kembali sebelum petang
Maafkan sajakku yang dulu serakah
Terkadang mencintai adalah janji
Yang rentan oleh luka

Jika nanti aku kembali terlalu pagi
Tak ada lagi kenangan mekar di ujung pena
Aku akan mengabu bersama janji-janji
Yang terlanjur mencintai

Maka sebelum aku kembali
Kutinggalkan sepilin sajak di atas meja
Yang akan menyuapimu setiap sarapan pagi
Setiap kau ingin mencari kita yang tak kekal berdiri

Maka sebelum aku kembali
Kurelakan janji yang tak sempat terpenuhi
Terkadang waktu berkehendak sendiri
Tanpa memberi pasti bagi sesiapa

27 Juli 2017


Rykma Alodya lahir di Madiun tanggal 21 Agustus 1996. Saat ini Rykma dan kedua orang tua beserta adik laki-lakinya menetap di Sukoharjo, Jawa Tengah. Dia pernah menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret jurusan Diploma 3 Keuangan Dan Perbankan. Kegemarannya adalah membaca novel fiksi dan menulis puisi atau cerita pendek. Beberapa puisinya pernah dimuat di surat kabar dan menjadi kontributor dalam antologi puisi bersama. Meski masih sedikit tulisannya yang dimuat. Namun tak menghentikan niatnya untuk terus menghasilkan karya. Email: rykma.alodya21@gmail.com, Facebook: Rykma Alodya, Instagram: rykmaalodya

Jejak Publisher

One thought on “Sekumpulan Puisi Rykma Alodya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.