Sepilihan Puisi Deny Hidayat
LEMBAH PERTEMUAN
Kepadamu Anara
bumi yang berputar
surya dan rembulan yang mengelilingi
bintang – bintang yang bertabur
debu, angin, dan hujan yang menghiasi
semesta rumah bagi segala kehidupan
kita
kau dan aku
hatimu dan hatiku
jiwamu dan jiwaku
satu semesta
berpijak di bumi yang sama
berteduh di langit yang sama
bermandikan cahaya semangat surya yang sama
berbasuhkan cahaya kasih rembulan yang sama
semesta telah mengikat jiwa kita
dengan penuh cinta kasih
kita
satu
HILANG MERPATI MENGHILANG
malam kembali kelam
sekuntum bunga asaku hilang
merpatiku terbang terbawa angin
melayang entah kemana
hilang
langit berganti mendung
meruntuhkan sesak
kepedihan memenuhi rongga dada
yang ku ikat kuat pada jiwamu
merpati
kini aku bercumbu dengan rindu
rindu sendu memenuhi waktu
sesekali ku tuangkan pada secangkir kopi
lalu ku sedu bersama rindu
menghilang
hilang merpati menghilang
hanya bunga-bunga harapan yang terus bersemi
dan doa yang mampu menolongku, rindu
hilang merpati menghilang
MENDEKAP MALAM
malam, bawalah aku ke jantungmu
ijinkan aku mendiami jantungmu
ijinkan aku meninggalkan pusara kepedihan
aku hanya ingin kau dekap, malam
nista penuh nestapa
dunia penuh dusta
kehidupan menjelma derita
menggelayut melilit mencekik jiwa
aku dan kelamnya kehidupan telah menyatu
aku telah lupa bagaimana rasanya tersiksa
juga bagaimana rasanya bahagia
yang tersisa dariku hanyalah nafas tanpa isi
hingga semesta menghadirkan hujan penuh romansa
setiap tetesnya jatuh penuh makna
menyejukan juga menghangatkan
mengisi nafas menjadikannya penuh arti
langit malam rumah bagi sang hujan, mendekap
menghidupkan jiwaku yang hampir mati
mengindahkan hari – hari yang kan ku lewati
bersama sang rembulan dan bintang – bintang hati
malam, bawalah aku ke jantungmu
ijinkan aku mendiami jantungmu
ijinkan aku meninggalkan pusara kepedihan
aku hanya ingin kau dekap, malam
DARAH KENESTAPAAN
Sakit.
Sakit.
sesak di dada tak kunjung meninggalkan tuannya
hujan lebat di dalamnya
mengalirkan darah penuh gejolak duka
ke seluruh ragaku
luka kian merajam,
memar jiwa
pedih
tak ada bahagia
tak ada bahagia
tak kan pernah ada bahagia
mengisi nafas hidupku
walau aku menjerit – jerit
meminta kebahagiaan pada bumi dan langit
justru gemuruh jiwaku
akan merobohkan dan meruntuhkan
bumi dan langit
nista
binar nanar mataku
limbung gerak pikiranku
hujan darah dalam dadaku
aku telah bersahabat dengan nista
dan nestapa telah menjadi melodi utama
Sakit.
Sakit.
Sudahlah!
Maafkan aku
Tuhan.
IRAMA KEPEDIHAN
Senja di pelupuk mata
membelai batin dengan desir
kerinduan begitu mendalam
yang menjelma nyeri teramat pedih
di hati yang tersayat sepi
bahagia dan duka
cinta dan derita
kasih dan luka
sayang dan lara
Pusara rasa bergulat
menggunung, melaut, melangit, membumi
dibalik tabir takdir
alur kehidupan kehendak alam semesta
Aku kan meratakan wajahku dengan tanah
membumikan segala tangis
menenggelamkan keluh kesah
hingga melekat erat pada inti semesta
Kala kepedihan begitu menggulita
menghanyutkan jiwa ke dalam gelap keheningan
Kala kebahagiaan dan kenestapaan tak lagi berjarak
hidup berselimutkan nista
Aku, seutuhnya pasrah
kepada Mu, pemilik seisi alam semesta
SEPANJANG MASA AKU…
wahai jiwa sejatinya alam
wahai jiwa sejatinya semesta
kemarilah
mendekatlah
peluklah diriku
dekaplah diriku
menyatulah denganku
utuhkanlah aku
sempurnakanlah jiwaku
selaksa derita
menjelma hujan duka dalam dada
membanjiri rongga dada
dengan tetesan – tetesan
kesengsaraan dan kepedihan
hingga aku terlelap
dalam hidup penuh kenestapaan
dan air mata
hidup dan bernafas
jiwa pemilik sejatinya cinta
mengisyaratkan cintanya
dalam irama nafasku
dalam roh yang melekat pada raga ini
aku masih layak berjuang
berdiri tegap menantang nestapa
penderitaan hanyalah sebuah jalur
yang harus ku lalui
dalam menggapai sejatinya cinta
meraih keindahan abadi
kala rindu kian meradang
serupa memar dalam jiwa
izinkan aku terus mengejanya
dalam doa – doaku
melangitkannya
dan merekahnya pada tubuh alam semesta
sepanjang masa
maka ijinkan aku
memuja dan memuji
mengeluh dan mengadu
pada jiwa sejatinya alam
pada jiwa sejatinya semesta
wahai jiwa sejatinya alam
wahai jiwa sejatinya semesta
aku hidup dalam tubuhmu
luka dan derita
cinta dan bahagia
adalah perhiasan kehidupan
maka ijinkan aku meminta kepadamu
satukan jiwa kami
keluarga, kekasih, sahabat
sempurnakanlah jiwaku
tunjukan padaku jalan menuju keindahan sejati
PERJALANAN MUSIK
Langit mendekap menyelimuti jiwa penuh makna
Pengembaraan kehidupan
menghantarkan jiwa pada muara rasa
penuh dengan senandung
lantunan-lantunan nada kehidupan
Musik
Nada-nada yang mengisyaratkan
suka dan duka
bahagia dan nestapa
dan cinta
luruh melebur dalam jiwa
Keindahan
Nada-nada yang bergetar
dari awal kehidupan hingga akhir kehidupan
berwarna-warni
dalam balutan cinta dan kasih sayang Sang Pencipta
Musik
Nada-nada yang hidup dalam jiwa
manusia dan alam semesta
Anugrah Sang Pencipta yang menghidupkan
Kehidupan
Langit mendekap menyelimuti jiwa penuh makna
Jiwa musik adalah jiwaku
jalanku menuju Sang Pencipta
Deny Hidayat, lahir di Kertosono, Nganjuk, biasa disebut dengan Kota Angin. Seorang mahasiswa Psikologi di Universitas Muhammadyah Malang. Keseharian menyusuri setapak kehidupan, menggali makna dalam rasa dari hubungan dengan sesama manusia, dengan alam semesta, dan dengan Sang Pencipta. Bisa disapa lewat akun Facebook: Deny Hidayat dan IG: denyhidayat_n.