Sepilihan Puisi Grace
MUSIM
Sekarang mungkin telah tiba waktunya
Musim pun berganti dan hari mulai dipenuhi oleh hujan
Lalu sedikit rasa takut dan langit hitam pekat
Akan kesendirian–kesepian
Kemudian hujan turun tanpa dapat dikata
Memori yang berkecamuk dalam ingatan
Kenangan yang berloncatan bersama imaji
Muncul tanpa seorangpun dapat mencegahnya
Dan rasa ini–rasa ada saat hujan bertabur ke tanahmu
Manusia–mereka menyebut diri mereka megah
Melakukan segala sesuatu tiada mustahil katanya
Namun kala hujan tak berarti apa-apa,
hanya mampu menerawang–diam seribu bahasa
Aku yang mengagumi–membiarkan jiwaku terlena terhempas
Merasakan tiap-tiap manusia yang memandang lain, tentang hujan
Merehat sejenak dari hiruk-pikuk dunia yang melelahkan,
ketakutan badai ini tak akan berakhir lalu menghancurkan kehidupan,
atau kehilangan seluruh peradaban di muka bumi
Tapi entah mengapa sore ini begitu berbeda,
hujan seakan menaruh makna tersirat
Tentang pelangi sehabis hujan
Lalu awan mendadak cerah kembali
Hujan tidak pernah untuk selamanya
Terkadang memang panjang–sangat panjang dan meletihkan
Seolah kita tak pernah menemukan badai akan usai
Tapi masih ada kehidupan setelah hujan
Masalah adalah ibarat hujan
Terkadang berat memang–sakit–menyakitkan,
menyesakkan sekaligus memuakkan seperti ingin mati saja
Namun suatu hari–juga pasti akan berakhir
Sabar lalu menunggu
Merenung seiring menanti hujan berhenti
Tak perlu untuk menerobos derasnya hujan
Membiarkan diri menyakiti atau basah-kuyup
Sedikit lagi saja–sedikit saja, tak lama
Matahari pasti kembali bersinar cerah
Sedikit lagi saja–berpikirlah
Januari, 2017
KERIKIL
Dalam hamparan pasir putih aku bersitatap denganmu
Menatap arah lain namun tak sanggup mengalihkan pandang
Sebongkah kerikil yang membangkitkan tarik pesonaku
Aku terdiam memaku bersama katup bibir yang membungkam
Kerikil kecil, aku hanya ingin kamu
Seperti rusa yang merindukan telaga berair
dan kerinduan pada hembusan udara untuk menghela napas
atau tanaman yang merindukan cahaya untuk tetap hidup
Lebih dari itu aku ingin kamu disisiku
Maka kukatakan aku mengharapkanmu
Aku merindukanmu ibarat cinta yang memelukku erat
Penuh kasih sayang yang tiada berujung
Lantas aku mengejarmu terlampau jauh kendati aku tak mampu
Inginku seumpama menangkap bayangan yang mustahil kulakukan
Kerikilku, hasratku kamu dalam genggaman
namun harus terbawa lari berbarengan ombak yang berderai
Tak mampu kucegah hantaman keras menghentikan derap kaki ini
Sungguh tak kuasa untuk berlari lebih jauh lagi
Maka kerikilku–aku melepasmu
Maret, 2017
HUJAN RASA
Kala mentari tenggelam tertutup awan yang menebal
Kemilau kian sirna seiring cucuran air hujan pun merapat
Lalu satu kemudian dua dan tiga rintik mulai berguguran
Perlahan namun pasti semua berubah jadi gerimis
Aku adalah hujan
Menurunkan damai dari tetes-tetes air yang mengalir
Terkadang tak selalu berima dan tidak berarti sama
Meskipun begitu tujuannya tak lain ialah melempar curiga
Bagi tiap-tiap hati yang tengah berprasangka
Aku tak lain adalah rintik-rintik hujan itu sendiri
Melegakan masing-masing jiwa yang berdahaga
Menyudahi kemarau yang tak kunjung usai
Mengakhiri derita rinai hujan yang menggigil kedinginan
Dan aku ibarat tumpahan asa yang dipupuskan
Menemukan seberkas hati yang sedang merana
Menghampiri dan biarkan titik-titik itu membasahi tanah
Hingga kamu tak mungkin lagi untuk membedakan
entah mana air mata dan mana air semesta–keduanya menyatu
Maka hujan ini akan berubah menjadi hujan rasa
Maret, 2017
JIWA YANG HILANG
Jangan dahulu menyerah sebelum mencoba menghadapi
Jangan dahulu patah sebelum mencoba tegak
Jangan dahulu berhenti sebelum kau mencoba melihatnya
Cinta adalah seperti ada di ujung jalan
Menanti untuk ditemukan
Dia ada–selalu ada
Bagi siapa pun yang tak kenal menyerah
Untuk siapa saja yang tetap memilih bertahan
Yang tak putus harapan akan keberadaannya
Di manakah sosok itu berada–entahlah
Di ujung mimpi, atau tersembunyi di antara gedung-gedung tinggi
Puluhan gedung jangkung di ibu kota yang menantang
Ada di tengah lautan, atau kedalaman hutan tengah mengembara
Sedang apa dia sekarang?
Memanah awan, menampar angin, atau melempar kilat menyambar
Terkadang kita berpikir apakah dia jauh dari angan
Ataukah dekat–sejauh roda dan kereta yang melaju kencang
Sejauh hela napas yang memberi kehidupan setiap makhluk
Atau sedekat itu–sedekat satu kedipan mata saja
Entahlah–aku tidak tahu
Apakah dia ada–atau mungkin juga tak pernah ada
Hanya dalam mimpi kosong dan sekedar kisah penghantar tidur
Isapan jempol belaka bagi mereka yang berjiwa naif tak mengerti apa-apa
mempercayai asa meski serasa mendustai–melukai tanpa ampun
April, 2017
KESALAHAN
Aku tak mungkin salah untuk kedua kalinya
Kupikir tidak lagi kala aku menemukanmu
Di tengah rinai yang berderai ramai sarat kedamaian
Melepas alunan elegi dari enigma bernama rindu
Aku tak mungkin salah lagi
Ketika jemarimu menggamit lengan mungilku
Mengajakku menikmati rintik-rintik yang menjalari sekujur tubuh
Membawaku lepas melanggas tak berbeban sejauh pikiran yang mengusik
Tapi mungkinkah aku telah salah
Tatkala aku begitu mempercayaimu dan semua rayuan manismu
Nampak sosok wanita lain menyelinap di balik guratan kisah lalu
Merengkuh bahunya tanpa binar-binar keraguan tersurat
Cerita lain dibalik lembaran usang dan terbuang lalu dilupakan
Tersimpan barisan kenangan yang tak pernah bisa kupahami
Aku memang salah
Tak ada hari dimana aku dan kamu berarti kita
Aku terlalu terlena sampai tak sanggup merasa
Bahwa kau sejatinya bukan milikku melainkan miliknya
Dan aku–aku tak lebih dari penikmat duri mahkotamu
Kau melukaiku dengan sayat membekas tak sempat kau sadari
Aku tak pernah jadi milikmu dan kau juga bukan untukku
Diriku hanyalah gadis lugu yang menaruh angan lalu berharap pada mimpi
Riakku, detakku, rimaku mungkin hanya akan kau pandang jemu
Kisah ini adalah rangkaian pena sia-sia sisa bulir semu
Berakhir jadi ujung derita buah keegoisanmu
Mei, 2017
OMBAK
Akulah riak ombak kala fajar memanggil
Mengalir tenang–perlahan namun pasti
Menemukan hati yang bertemuram-durja dan meresah gundah
Menyusup di antara kesunyian yang menyatu dengan semesta
Lalu berpendar ke segala arah menimbulkan decak kagum
Aku adalah riak ombak kala puncak hari menyapa
Ketika mentari menaiki pucuk langit menyuarakan kemegahan
Kemudian satu demi satu akan surut menyisakan air dangkal
Namun janjinya tak pernah mengingkar sendiri
Kembali bersama gelombang yang senantiasa melerai gejolak hati
Aku adalah derit ombak tatkala senja menghampiri
Mulai deras dan ganas seolah tak ingin mengampuni
hari pun mulai menghitam gelap gulita
Menantikan malam yang semakin temaram
Namun katanya meyakinkan tiap insan
Bahwa ia akan ada esok hari
Bersama gemericik air yang mengawali hari
Juni, 2017
Grace, gadis kelahiran 9 Juni tahun 2002 yang akan menjejakkan kaki di bangku Sekolah Menengah Atas jenjang awal. Berasal dari kota Yogyakarta, dan saat ini tinggal di Klaten, Jawa Tengah. Mencintai dunia kepenulisan sejak kecil dan mencoba untuk berkarya di usia yang masih belia. Dapat dihubungi di email: nightfall.sunset777@gmail.com.