Sepilihan Puisi Safrina Muzdhalifah
HUJAN DERAS SEKALI
Hujan deras sekali malam tadi
Aku tidak tahu kapan tertidur
Ketika tiba-tiba riuh hujan berkesiur
Di atap rumah yang catnya meluntur
Hujan deras sekali
Aku tidak tahu kapan terjaga
Saat semilir angin serta irama guntur memberi tanda
Gerimis seketika leluasa menggagahi bebunga
Begitu pula halaman tetangga
Hujan deras sekali malam tadi
Membangunkan pemimpi
Dari fantasi yang dianggitnya sendiri
Dengan gigil yang mencucuk hingga ke sendi
Pamekasan, 2016
TANPA TOPENG
Jika sebuah cerita mesti bersambung sebelum ujung
Barangkali silau mata pisau sampai dalam lambung
Memantul hingga jantung
Geriap nafas menyelinap melampaui batas
Menyesap gerah yang mula-mula lembab
Kau mabuk mimpi
Bila berhalusinasi rahim ibu sebagai lubang paling tersembunyi
Bagaimanapun, apa yang kau anggap sedap
Tak selamanya berhukum tetap
Sewaktu-waktu, sebelum sempat menafsir isyarat
Engkau harus segera melesat
Baik dengan rupa malaikat atau mayat
Disana, sejarah berkiprah
Mencatat bagaimana kau terpikat dan terikat
Pamekasan, 10 Agustus 2016
MENATAP JAM
Walau mata mulai malam
Ia masih tajam pandangi arah jarum jam
Sambil sesekali mengecam
Waktu yang berlalu tanpa kalam
Sama sekali tak terusik bisik masa silam
Karam begitu curam
Pada gamang, lenyap ke dasar paling dalam
Pamekasan, 19 Oktober 2016
PEREMPUAN BERCADAR
Di balik kibar cadar
Bunga luka tumbuh mekar
Berduri, menarik simpati umpama mawar
Ia berupaya, bersandar pada diri yang gusar
Dengan sinar tanpa pendar
Berkelebat camar-camar
Menghayati ilustrasi hidup hingga ke akar
Rupanya dalam tipuan samar
Wajah bunda gelisah dan bergetar
Ah, betapa lancang maha duka menyandera
Deritaku ia tanggungkan jua
Pamekasan, 08 November 2016
MULUT RAHASIA
Di langit-langit bulan puasa
Bekas suaramu menggema seperti seruling Khrisna
Sehingga aku terlupa
Masa dilema telah purna dalam mulut rahasia yang menganga
Di hadapan wibawa damba yang tercela
Kuamati kesia-siaan menyatukan diri dengan do’a-do’a semesta
Kemudian terbelah menjadi duka sekaligus lara
Sebagaimana suaka bagi hewan langka
Tersekap dalam mulut rahasia yang menganga
Tiba-tiba seluruh indera kehilangan peka
Yang nyata terasa canda
Umpama tak berdaya atas kutukan ibunda, atau panglima tanpa keris pusaka
Pamekasan, 27 November 2016
CEMBURU
Aku selalu ingin kembali di titik pusat waktu
Dimana kau bungkam pohon bambu
Diantara berisik angin yang berlagu
Demi membuatku cemburu
Pada detak jantung yang memelukmu penuh nafsu
_Ini sebatas aku, mengamatimu dari jarak yang tak kau tahu
Pamekasan, 29 September 2016
MENCARI PUISI
Mencari sisa puisi dalam diri
Begitu sepi, tak terkendali
Seperti musim gugur tanpa semi
Banyuwangi, 28 Desember 2016
BIMBANG
Terdengar gemuruh seperti bangunan runtuh
Dibalik gelisah yang utuh, ayah…
Bahkan aku bimbang
Bagaimana berterus terang
Soal ketidak pantasan yang berulang datang
Pamekasan 18 Desember 2016
SEBELUM PERGI
Kepada Kediri yang penuh sensasi
Kutuliskan sebait puisi
Sebagai janji untuk kembali
Tanpa lagi-lagi membela diri
Dari halusinasi yang menjadi duri malam hari
Sebelum pergi
Kepada Gumul yang tegak berdiri
Kupercayakan segenap mimpi
Kediri, 22 Desember 2016
MENUJU KHUSYU’
Terdapat hasrat yang memikat
Saat adzan menggema lamat-lamat
Kuutus rohani ke arah-Mu tanpa ragu
Dengan indera setia, mendua
Dalam shalatku,
Sambutlah jiwaku penuh gairah
Agar ia taah menolak lelah
Sehingga temu singkat hingga akhir raka’at
Menjadi demikian hangat
Dalam hening,
Sambutlah aku diluar keramaian yang memuakkan
Cukup jamu aku dengan khusyu’ idaman
Di ujung kepulangan
Supaya sujud panjang
Meraih abadi dalam tenang
Batangbatang, 5 February 2016
Safrina Mz, gadis pemimpi dilatasi yang sedang mencari sisa puisi dalam diri, sambil lalu mengamati siklus bulan dan matahari. Bisa dijumpai di akun fb_ Saff.