Sepilihan Puisi Desy Lestari

Sepilihan Puisi Desy Lestari

PERPISAHAN

Di kejauhan,
Lagu-lagu luka kian nyaring bagai guruh berkumandang
Di sini,
Bibirku sibuk membacakan mantra-mantra yang kian padam

Lidahku ingin berbicara
Tapi hatiku tidak
Sementara matamu kian penuh oleh igauan
Oleh asa yang kian menajam bagai mata pedang
Coba jelaskan?
Tanyaku di tengah udara yang kian mengancam
Tapi kau tetap diam
Melipat matamu dalam lubang-lubang jalanan


 

KENANGAN

Pintu-pintu itu memekik melihatku datang
Tapi kau yang memaksaku pulang
Ketika malam menghitam
Dan cahaya bulan memar,
Mengitari pepohonan

Aku di sini,
Bisikmu tanpa rindu
Sementara aku sibuk membaui puntung rokokmu

Mati kau . . .
Mati kau dikoyak-koyak pagi
Teriakku dengan suara berat tercekat
Tapi kau hanya menunduk muram
Sembari menebar kamboja
Di atas tubuh malam yang telanjang


MENCINTAIMU…..

Memang benar kecintaanku terhadapmu
Telah memisahkan mimpi-mimpi
Dan dalam kebutaanku
Aku berjalan
Menembus dinding-dinding
Menuju perceraian tanpa akhir

Itulah mengapa aku beralih darimu,
Aku takut melihat kapal-kapalmu berangkat
Meninggalkan dermagaku
Mencari ikan-ikan suci
Yang kau anggap sebagai cerminan Tuhan

Sebab hatiku hari ini
Tak ubahnya dengan kemarin
Dan jika kapalmu tak kembali
Maka cintaku juga tak akan kembali

Ia akan mati
Tenggelam dalam airmatanya
Dan lagi . . .
Untuk yang keseribu kalinya
Tubuhku akan kembali kepada kayu
Dengan kaki telanjang serupa binatang

Sebab kepercayaanku telah rebah di dalam geladak kapalmu
Aku tak punya jalan lain kecuali mencintaimu


 

PATAH HATI

Dalam naungan rasa sakit aku ingin berhenti menari
Membiarkan keheningan yang mengiris nadi-nadi
Tapi siapakah yang akan peduli?
Pada jiwa terkunci
Yang memeluk peti matinya sendiri
Sementara tubuhnya tak di sana,
Belum di sana . . .

Namun suaranya sudah tak terdengar
Pada bisikan hujan
Pada nyanyian hambar dedaunan
Yang menyiratkan pergantian
Dari ada menjadi tiada
Dari gelap kepada terang
Yang luka
Sekali lagi yang luka


 

MASA LALU

Luka-lukanya belum sempat dirajut
Masih berceceran
Di lantai yang menjadi lintasan kucing-kucing jantan
Duri yang meniadakannya belum sempat dibersihkan
Namun ia sudah pergi
Tanpa kata
Tanpa cerita
Hanya menyisakan hitam-putih garis kenangan
Yang tak dapat dieja
Sekalipun dia mengingat
Bahwa dia lupa


Just a lil girl learning from word to world. Loves backpackin, adventouring, writing, and climbing the mountains!

Lives in Wirobrajan, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia

Jejak Publisher

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.