Puisi-Puisi Susi LW
FILOSOFI WAKTU
Nikmatilah irama detak tiap detiknya
Bukankah setiap jam memiliki waktu?
Dimana akan bertemunya jarum detik, menit dan jam
Pada garis yang sama
Bila aku detik yang selalu berputar
Maka kau adalah menit yang selalu menungguku
Lalu kita akan menuju
Jarum jam yang kusebut masa depan
Tepat pada pukul berapapun jumlahnya
BERAKHIR DI BATAS KEMARIN
Memegang tanpa genggaman
Menelusur benang merah tersulam
Meniti setiap adegan tentang kau
Ada sesuatu yang tak bisa dilepas meski mengerang
Tali simpulnya terikat kencang
Bersalin kulit bertukar bulu
Mengepal hati menyilih perih
Sakit tanpa penawar nyeri
Sekali terasa rusak susu sebelanga
Meski setitik nila menjadi sebabnya
Tapi hidup tak berakhir di batas kemarin
Berharaplah pada esok yang masih panjang
Menenun asa menyulam cita
Bekasi, 24 Januari 2017
LANTARAN RINDU
Ingin berlari sekencang apalagi?
Bila tatap tak jua bersanding di titik temu
Pada sebab yang kusebut jarak
Dengan ruang yang menjadi sekat
Laju waktu seperti ayal tersendat
Aku seperti malam dengan dingin yang semakin menceku
Hatiku membeku
Lidahku terasa kelu
Bisakah kita segera bertemu?
Tuan aku payah
Menanggung beban tanpa rangka
Bagaimana harus memikulnya?
Kugenggam ia tanpa rupa
Kupeluk ia tanpa rasa
Kebodohan apalagi yang akan aku terima?
Lekaslah berencana
Atur waktumu dengan seksama
Kuhimpun rindu ini bersama gundah
Untukmu lelahku tak jadi masalah
Bekasi, 23 Januari 2017
PENDAKIAN CINTA
Pada puluhan perjalanan yang terekam
Tentang ribuan langkah yang kukenang
Ini bukan sebatas perjalanan
Ada banyak hal yang aku dapat ketika bersama
Tantangan dan situasi yang berat
Hawa yang dingin
Oksigen yang menipis
Alasan yang cukup bagiku untuk menyerah
Tapi denganmu aku sadar
Bahwa pendakian ini
Bukan tentang menaklukan alam
Tapi menaklukan diri sendiri
Harusnya kau juga mengajarkan aku tentang hidup
Menjadi hebat bukan tentang menaklukan dunia dan seisinya
Menjelajahi ribuan tempat dengan segala keindahannya
Hakikatnya semua tentang bagaimana menaklukan ego sendiri
Dalam mendaki aku merasa semua hal yang berat menjadi ringan
Semua itu karena teman seperjalanan
Sendiri memang membuat langkah kita menjadi lebih cepat
Namun bersamamu membuatku melangkah lebih jauh
Aku yang tak pernah mengerti
Tentang pencapaian akhir dalam mendaki
Hanya terbesit perjuangan dan pengorbanan
Aku yang tak pernah paham
Tentang pencapaian akhir sebuah pertemanan
Jika ini akhirnya mengapa harus kita yang dikorbankan
Dariku yang tak pernah menginginkan ini
Bekasi, 06 Februari 2017
CINTA SERIBU IBARAT
Cinta…
Harus dengan apa aku memaknainya
Bila cinta bukan sekedar kata
Lantas kusebut ia apa?
Ibarat pagi yang tak pernah aku tahu kehadirannya
Datang atau tidak
Mendung atau cerah
Samar
Apakah ia serupa matahari di siang bolong
Melihat penuh tatapan kosong
Bulan pun pernah di sandingkan dengannya
katanya cinta terlalu jauh untuk digapai
Bila kau udara bagaimana aku bisa menjamahnya?
Tak tersentuh namun dapat ku rasakan
Kau bagai alunan syahdu
Yang tak henti-hentinya aku dendangkan
Tersenyumlah karena cinta pasti tiba
Tunggu saja waktunya
Hingga ribuan kata tercipta
Lalu artikan sendiri keistimewaannya
Pada akhirnya
Seindah apapun kita mengartikannya
Cinta tetaplah cinta
Banyak penjelasan di dalam ketidakjelasannya
PENGAKUAN
Jangan salahkan daun yang jatuh cinta pada embun
Itu adalah sebuah ketulusan
Jangan salahkan bulan yang mencinta malam
Itu adalah sebuah pengorbanan
Bila dihati ini ada cinta untukmu
Apa masih aku yang kau persalahkan?
Bila kubisa menyekat racun dalam air
Akan kubuang racunnya saja
Bukan sumber airnya
Bila kubisa menyekat cinta antara kita
Akan kubuang rasanya saja
Bukan pemiliknya
Tapi perasaan tetaplah perasaan
Ada banyak penjelasan
Di dalam ketidak jelasannnya
Bekasi, 07 Februari 2017
SEBUAH JAWABAN
Aku tak pernah menyalahkan daun yang mencintai embun
Karena ketulusannya
Aku tak pernah menyalahkan bulan yang mencintai malam
Karena pengorbanannya
Tapi tak selamanya ketulusan dan pengorbanan itu benar
Sebab aku bukan embun yang menyegarkan
Atau malam yang merindukan bulan
Embun hanya mencintai pagi
Dan malam akan indah karena bintang
Untukmu yang membaca surat di pagi ini
Jangan menanti di depan gerbang
Karena aku tak akan datang
Maafkan aku
Bekasi, Februari 2017
Susi LW Si Sulung yang senang bertarung melawan kata di ujung batas kebuntuannya. Ketika semuanya tak terbendung dan mendobrak dinding ruang karyamu, inilah saatnya untuk menulis. Bisa dijumpai di FB : SusiLw IG: susilw22