Puisi-Puisi Novy Eko Permono
PIRING KELAPARAN
Di atas piring panjang
Tersusun beberapa puisi dan saji
Bersama perut-perut yang lapar
Sendok dan garpu hanyalah hiasan
Di atas piring yang panjang
Tercium aroma beberapa diksi pilihan
Hidangan dengan kuah majas dan imaji
Matanya menelan habis semua yang tersaji
Di atas piring yang lapar
Manusia itu lupa diri
Setiap hidangan yang tersaji,
dibuat oleh anak-anak kurang gizi.
Kelas menulis, Oktober 2016
MASA YANG BIRU
Di sebuah masa yang menjadi biru
Aku menulis puisi pendek untukmu
Awan-awan jingga dengan cahaya yang merayap menyapu laut
Dan perahu motor nelayan yang terlihat kusut
Senja terus merambat menggelayut
Cakrawalanya kusam, langit merahnya terbenam
Sebuah perjumpaan itu, kini meninggalkan jejak, meresap ke dalam hati, menyatu dalam detak jantungku.
Kita memang telah terpisah, tapi boleh jadi tak terpisahkan
Di sebuah senja yang pupus,
Kau selalu muncul di balik kenangan yang telah ku hapus
Dan kini tampak hujan akan menderas dari langit, mataku
Agustus yang bisu, 2016
PEREMPUAN DI BALIK SENJA
: Nureini Hanik
Di pantai dengan remang senja dan lambaian nyiur keelokan
Langit dengan sedikit awan bersepuh cahaya keemasan
Lautan yang mulus, dengan ombak yang berkecipak menghantam karang
Hamparan pasir putih yang mengertap membiaskan cahaya senja
Perempuan dengan jejak kaki memanjang di permukaan pasir yang basah
Aku menyembunyikan diriku di balik batuan karang
Melihat dari balik cakrawala yang tenang
Jari-jari mungil, mengikuti debur ombak dan desir angin dengan bau garam yang semerbak
Perempuan dengan rambut terurai memendarkan senja menjadi remang dan kelam
Perempuan itu kini hilang, disapu malam yang paling berbintang
Aku tertegun, siapa gerangan perempuan itu?
Atau hanya siluet senja saja
Senja pada September, 2016
MENUJU KARTASURA
Pada sebuah minggu
Perjalanku ke Kartasura penuh kantuk
Berbekal kuah soto dengan cabe bubuk
Motor-mobil serupa burung pelatuk
Bertengger pada dahan jalanan yang sibuk
2016
TERSUNGKUR
Bermula duduk di sebuah taman, dikelilingi bunga-bunga
Aku memandang dua bunga yang aneh
Memendarkan cahaya menyala dalam kepekatan malam
Jantungku tersirap menahan untuk tenang
Pada akhirnya aku tersungkur pada semak-semak penghabisan
Oktober 2016
HIKAYAT TAMAN KENANGAN
: Nurmant Aryant
Jam 07.00
Pagi sudah mulai sibuk
Di taman kota orang berkerumun
Pada pojok-pojok yang menyenangkan
Pada bandulan besi yang memutar
Pada pancuran dengan teratai di permukaan
Di taman itulah, para lelaki tuna asmara
datang dari berbagai penjuru kota
menatap sejauh-jauhnya
pada bunga-bunga yang bernaung di langit terbuka
Anak-anak memutar bandulan, membuka mulut lebar-lebar
Mencicit di antara hamparan rumput kebebasan
Pada taman itu, masih ada orang yang membaca buku
Menerbangkan diri dari keramaian hidup
Di sudut yang lain, orang-orang masih terdiam
Berdiri melingkar di depan pancuran
Menanggalkan semua kenangan
Dari kota asalnya yang jauh dengan ketergesa-gesaan.
Minggu, Oktober 2016
MERANTAU
Si tua itu menundukkan muka
Menyibak air pada keningnya
Berhenti sebentar, sebab napasnya yang tua
tak mau berdamai dengan kemauannya.
Dengan topi di kepala dia menahan topan yang melanda rambutnya
Topi rumput cap nasional berwarna putih dengan pita hitam
melindunginya dari bintik hujan yang lembut menghujam.
Napas tuanya tersengal, tubuhnya terguncang keras
Gemericik keringat menembus lembaran baju dan kulitnya yang tipis
Alangkah berbedanya dia dengan beberapa hari lalu
Sudah beberapa minggu dia bergabung dengan perserikatan itu
Sejak tiba di Jakarta, kota yang menjanjikannya kehidupan baru
Namun semua tampak semu.
Oktober 2016
Novy Eko Permono penggemar tempe ‘mendoan’ garis keras. Saat ini aktif sebagai koordinator Ikatan Jomblo Nusantara Cabang Wonogiri. Terkadang bermain peran sebagai ‘guru’ di Teater Dua Sisi SKND. Dapat disapa via email: novyekop@gmail.com, fb: Novy Eko Permono, hp: 085725073433.